IntenseDebate Comments - Last 5

Sabtu, 31 Juli 2010

"Bosan"

Seorang tua yang bijak ditanya oleh tamunya.

Tamu : "Sebenarnya apa itu perasaan 'bosan', Pak Tua?"

Pak Tua : "Bosan adalah keadaan di mana pikiran menginginkan perubahan, mendambakan sesuatu yang baru, dan menginginkan berhentinya rutinitas hidup dan keadaan yang monoton dari waktu ke waktu."

Tamu : "Kenapa kita merasa bosan?"

Pak Tua : "Karena kita tidak pernah merasa puas dengan apa yang kita miliki."

Tamu : "Bagaimana menghilangkan kebosanan?"

Pak Tua : "Hanya ada satu cara, nikmatilah kebosanan itu, maka kita pun akan terbebas darinya."

Tamu : "Bagaimana mungkin bisa menikmati kebosanan?"

Pak Tua: "Bertanyalah pada dirimu sendiri: mengapa kamu tidak pernah bosan makan nasi yang sama rasanya setiap hari?"

Tamu : "Karena kita makan nasi dengan lauk dan sayur yang berbeda, Pak Tua."

Pak Tua : "Benar sekali, anakku, tambahkan sesuatu yang baru dalam rutinitasmu maka kebosanan pun akan hilang."

Tamu: "Bagaimana menambahkan hal baru dalam rutinitas?"

Pak Tua : "Ubahlah caramu melakukan rutinitas itu. Kalau biasanya menulis sambil duduk, cobalah menulis sambil jongkok atau berbaring. Kalau biasanya membaca di kursi, cobalah membaca sambil berjalan-jalan atau meloncat-loncat. Kalau biasanya menelpon dengan tangan kanan, cobalah dengan tangan kiri atau dengan kaki kalau bisa. Dan seterusnya."

Lalu Tamu itu pun pergi.

Beberapa hari kemudian Tamu itu mengunjungi Pak Tua lagi.

Tamu : "Pak tua, saya sudah melakukan apa yang Anda sarankan, kenapa saya masih merasa bosan juga?"

Pak Tua : "Coba lakukan sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan."

Tamu : "Contohnya? "

Pak Tua : "Mainkan permainan yang paling kamu senangi di waktu kecil dulu."

Lalu Tamu itu pun pergi.

Beberapa minggu kemudian, Tamu itu datang lagi ke rumah Pak Tua.

Tamu : "Pak tua, saya melakukan apa yang Anda sarankan. Di setiap waktu senggang saya bermain sepuas-puasnya semua permainan anak-anak yang saya senangi dulu. Dan keajaibanpun terjadi. Sampai sekarang saya tidak pernah merasa bosan lagi, meskipun di saat saya melakukan hal-hal yang dulu pernah saya anggap membosankan. Kenapa bisa demikian, Pak Tua?"

Sambil tersenyum Pak Tua berkata: "Karena segala sesuatu sebenarnya berasal dari pikiranmu sendiri, anakku. Kebosanan itu pun berasal dari pikiranmu yang berpikir tentang kebosanan. Saya menyuruhmu bermain seperti anak kecil agar pikiranmu menjadi ceria. Sekarang kamu tidak merasa bosan lagi karena pikiranmu tentang keceriaan berhasil mengalahkan pikiranmu tentang kebosanan. Segala sesuatu berasal dari pikiran. Berpikir bosan menyebabkan kau bosan. Berpikir ceria menjadikan kamu ceria."
(Sumber : Gemintang.com)
Read More..

Sabtu, 24 Juli 2010

"Koin Penyok"

Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi finansial keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok keluarganya sandang dan pangan.

Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marah karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan pekerjaan.
Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya terantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya.

“Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok,” gerutunya kecewa. Meskipun begitu ia membawa koin itu ke sebuah bank.

“Sebaiknya koin in Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno,” kata teller itu memberi saran. Lelaki itu pun mengikuti anjuran si Teller, membawa koinnya ke kolektor. Beruntung sekali, si Kolektor menghargai koin itu senilai 30 dollar.

Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untuk istrinya karena istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpan jambangan dan stoples. Sesudah membeli kayu seharga 30 dollar, dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang.

Di tengah perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Mata pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu. Kayunya indah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal. Kebetulan pada waktu itu ada pesanan mebel. Dia menawarkan uang sejumlah 100 dollar kepada lelaki itu. Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu meyakinkannya dan dapat menawarkannya mebel yang sudah jadi agar dipilih lelaki itu. Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai istrinya. Dia menukar kayu tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang.

Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawar dengan harga 200 dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itupun setuju. Kemudian mengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang.

Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Pada saat itu seorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur.

Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya berkata, “Apa yang terjadi? Engkau baik saja kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi?”
Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, “Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi”.

(adaptasi dari The Healing Stories karya GW Burns.)
~~~
Sahabat, Bila Kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan? pahamilah makna "Innalillahi, wainna ilaihi roji'un.." : Sesungguhnya kita ini milik Allah, dan sesungguhnya kepada-Nyalah kita kembali...

Ya, semuanya hanya titipan... dan saya yakin, keluhan-keluhan dan ratapan-ratapan yang berlebihan kita, tidak akan mengembalikan milik kita yang telah hilang...., jadi bersedihlah secukupnya, dan ikhlaskan... Hak-Nya untuk menarik kembali, sesuatu yang telah Ia titipkan kepada kita...
Read More..

Sabtu, 17 Juli 2010

"Sebuah Ketulusan"

Alkisah di sebuah rumah mewah yang terletak dipinggiran sebuah kota, hiduplah sepasang suami istri. Dari sekilas orang yang memandang, mereka adalah pasangan yang sangat harmonis. Para tetangganya pun tahu bagaimana usaha mereka dalam meraih kehidupan mapan yang seperti saat ini. Sayang, pasangan itu belum lengkap. Dalam kurun waktu sepuluh tahun pernikahan mereka, pasangan itu belum juga dikaruniai seorang anak pun yang mereka harapkan.

Karenanya walaupun masih saling mencinta, si suami berkeinginan menceraikan istrinya karena dianggap tak mampu memberikan keturunan sebagai penerus generasinya. Setelah melalui perdebatan sengit, dengan sedih dan duka yang mendalam, si istri akhirnya menyerah pada keputusan suaminya untuk tetap bercerai.

Dengan perasaan tidak menentu, suami istri itu menyampaikan rencana perceraian kepada orang tua mereka. Meskipun orang tua mereka tidak setuju, tapi tampaknya keputusan bulat sudah diambil si suami. Setelah berbincang-bincang cukup lama dan alot, kedua orang tua pasangan itu dengan berat hati menyetujui perceraian tersebut. Tetapi, mereka mengajukan syarat, yakni agar perceraian pasangan suami istri itu diselenggarakan dalam sebuah sebuah pesta yang sama besarnya seperti pesta saat mereka menikah dulu.

Agar tidak mengecewakan kedua orang tuanya, maka persyaratan mengadakan pesta perceraian itu pun disetujui. Beberapa hari kemudian, pesta diselenggarakan. Sungguh, itu merupakan pesta yang tidak membahagiakan bagi siapa saja yang hadir dalam pesta itu. Si suami tampak tertekan dan terus meminum arak sampai mabuk dan sempoyongan. Sementara sang istri tampak terus melamun dan sesekali mengusap air matanya di pipinya. Di sela mabuknya si suami berkata lantang, “Istriku, saat kau pergi nanti. semua barang berharga atau apapun yang kamu suka dan kamu sayangi, Ambillah dan Bawalah !!“. Setelah berkata seperti itu, tak lama kemudian ia semakin mabuk dan akhirnya tak sadarkan diri.

Keesokan harinya, setelah pesta usai, si suami terbangun dari tidur dengan kepala berdenyut-denyut. Dia merasa tidak mengenali keadaan disekelilingnya selain sosok yang sudah dikenalnya bertahun-tahun yaitu sang istri yang ia cintai. Maka, dia pun bertanya “Ada dimanakah aku ? Kenapa ini bukan di kamar kita ? Apakah aku masih mabuk dan bermimpi ? tolong jelaskan.”

Si istri menatap penuh cinta pada suaminya dengan mata berkaca-kaca dan menjawab, “Suamiku, ini karena dirumah orang tuaku. Kemaren kau bilang didepan semua orang bahwa engkau berkata kepadaku, bahwa aku boleh membawa apa saja yang aku mau dan aku sayangi. Di dunia ini tidak ada satu barang yang berharga dan aku cintai dengan sepenuh hati selain kamu. Karena itu kamu sekarang kubawa serta ke rumah orang tuaku. Ingat, kamu sudah berjanji dalam pesta itu.”

Dengan perasaan terkejut setelah sesaat tersadar, si suami bangun dan memeluk istrinya, “Maafkan aku Istriku, aku sungguh bodoh dan tidak menyadari bahwa dalamnya cintamu padaku. Walaupun aku telah menyakitimu, dan berniat menceraikanmu, tetapi engkau masih mau membawa serta diriku bersamamu dalam keadaan apapun“.

Akhirnya kedua suami istri ini ini berpelukan dan saling bertangisan. Mereka akhirnya mengikat janji akan tetap saling mencintai hingga ajal memisahkannya

(author : Hareem Musasi)

Hmm... ketulusan cinta....
Read More..

Rabu, 14 Juli 2010

Cerita, "Secangkir Teh Pembawa Sial"

"Renungan : 90 % vs 10 %"

Assalamu'alaikum
Sahabat, mungkin hal-hal ini pernah atau sering terjadi dalam kehidupan kita. Seperti kisah berikut ini.

Cerita, "Secangkir teh pembawa sial"

Tak seperti biasa sebut saja Budi (bukan nama sebenarnya) memulai harinya dengan wajah yang lesu. Semalam ia harus menyelesaikan tugas matakuliah karena memang esok adalah hari terakhir mengumpulkannya. Raut lesu dan sayup terlihat jelas karena baru jam 3 pagi ia baru bisa terlelap.Padahal jadwal kuliah dimulai pukul delapan pagi.

Pagi itu, sang ibu yang memaksa Budi untuk bangun dan tak lupa ibunya menyiapkan sarapan ala kadarnya untuk keluarga. Menjadi kebiasaan dikala pagi, Budi sekeluarga sarapan bersama.

Namun, tak disangka pagi itu, saat sarapan, adik perempuannya menumpahkan secangkir teh tepat disamping Budi. Tak pelak Budi terhenyak, dan segala umpatan dan emosi keluar dari mulut Budi. Akibatnya sang adik pun menangis dan menyebabkan ketinggalan naik bis sekolah. Budi pun terpaksa harus mengantar adiknya karena jarak sekolahnya cukup jauh.

Kegiatan yang semula direncanakan mulai berantakan. Budi pun harus merelakan waktunya untuk mengantarkan adik. Di jalan ia memacu laju kendaraannya begitu cepat dan berbahaya.Namun sayang, jam sekolah telah dimulai dan adiknya pun dianggap telat oleh gurunya.

Hari itu menjadi hari terburuk Budi. Berawal dari teh yang tumpah,seakan-akan menjadi kutukan dalam kejadian-kejadian berikutnya. Sang adik telat, ia pun juga. Bahkan yang lebih parah, Budi kena tilang karena menerobos lampu lalulintas dan mengendarai motor melampaui batas kecepatan.
"kalau tau begini, tadi gak usah sarapan saja,," begitulah ungkapan sesal Budi.

***
Sahabat, apa yang telah terjadi diatas, atau mungkin dengan versi yang berbeda dengan apa yang kita alami sehari-hari adalah wujud dari ketidaksempurnaan kita untuk menguasai apa yang/akan kita lakukan.
Sahabat, bukanlah salah karena Budi ditakdirkan menerima tumpahan teh dari adiknya namun reaksi setelah itu yang menjadi penentu kenapa Budi bernasib buruk.

"10% kehidupan dibuat oleh hal-hal yang terjadi terhadap kita."
"90% kehidupan ditentukan oleh bagaimana kita bereaksi/memberi respon."

Kita sungguh-sungguh tidak dapat mengontrol 10% kejadian-kejadian yang menimpa kita. Kita tidak dapat mencegah kerusakan mobil. Pesawat mungkin terlambat, dan mengacaukan seluruh jadwal kita. Seorang supir mungkin menyalip kita di tengah kemacetan lalu-lintas. dan Kita tidak punya kontrol atas hal yang 10% ini.

Namun yang 90% lagi berbeda. itu adalah reaksi kita. Kita tidak dapat mengontrol lampu merah, tapi dapat mengontrol reaksi kita. Kita tidak dapat mengontrol jatuhnya sebuah cangkir, namun kita dapat mengendalikan reaksi! kita!

Kenapa Budi?
Karena reaksinya pagi itu.
Kenapa hari nya buruk?
a) Karena secangkir teh yang tumpah?
b) Kecerobohan adiknya?
c) Polisi yang menilang?
d) Karena dirinya sendiri?
Jawaban-nya adalah D.

Budi tidak dapat mengendalikan tumpahnya teh itu. Namun bagaimana reaksi-nya 5 detik kemudian itu, yang menyebabkan harinya menjadi buruk. Ini yang mungkin terjadi jika ia bereaksi dengan cara yang berbeda.

Teh tumpah di kemejanya. Adiknya sudah siap menangis. namun ia bisa dengan Lembut berkata : "Tidak apa-apa sayang/adik, lain kali kamu lebih hati-hati ya".

Budi pergi mengganti kemeja dengan tenang dan melihat sang adik sedang naik ke dalam bus sekolah. Budi dapat tiba di kampus 5 menit lebih awal karena tidak perlu berurusan dengan polisi, dan dengan riang Menyalami para kawan..

Lihat perbedaannya. Dua skenario yang berbeda. Keduanya dimulai dari hal yang sama, tapi berakhir dengan hal yang berbeda.

Kenapa?
Karena REAKSI kita. Sungguh kita tidak dapat mengontrol 10% hal-hal yang terjadi.Tapi yang 90% lagi ditentukan oleh reaksi kita.

Terima kasih telah membaca dan semoga reaksi kita bisa lebih baik dalam menyikapi hal-hal diluar kehendak dan keinginan kita. Ingat Tuhan punya rencana indah buat hamba-hambaNya,namun IA pun berhak menilai seberapa jauh hambanya yang bertakwa...

SALAM MOTIVASI...
Read More..

Selasa, 13 Juli 2010

Cerita, "Sebuah Baut Kecil"

Sebuah baut kecil bersama ribuan baut seukurannya dipasang untuk menahan lempengan-lempengan baja di lambung sebuah kapal besar. Saat melintasi samudera Hindia yang ganas, baut kecil itu terancam lepas. Hal itu membuat ribuan baut lain terancam lepas pula.

Baut-baut kecil lain berteriak menguatkan, “Awas! Berpeganglah erat-erat! Jika kamu lepas kami juga akan lepas!”

Teriakan itu didengar oleh lempengan-lempengan baja yang membuat mereka menyerukan hal yang sama. Bahkan seluruh bagian kapal turut memberi dorongan semangat pada satu baut kecil itu untuk bertahan. Mereka mengingatkan bahwa baut kecil itu sangat penting bagi keselamatan kapal. Jika ia menyerah dan melepaskan pegangannya, seluruh isi kapal akan tenggelam.

"Sobat kecil, bertahanlah... kami mendukungmu...!"

Dukungan itu membuat baut kecil kembali menemukan arti penting dirinya di antara komponen kapal lainnya. Dengan sekuat tenaga, ia pun berusaha tetap bertahan demi keselamatan seisi kapal.

(Sumber : Grup Spirit LC)
~~~
Sahabat, Sayang, dunia kerja seringkali berkebalikan dengan ilustrasi di atas. Kita malah cenderung girang melihat rekan sekerja “jatuh”, bahkan kita akan merasa bangga apabila kita sendiri yang membuat rekan kerja gagal dalam tanggung jawabnya. Jika itu dibiarkan, artinya perpecahan sedang dimulai dan tanpa sadar kita menggali lubang kubur sendiri.

Bagaimana sikap kita dengan rekan kerja? Mungkin saat rekan kerja menghadapi masalah, kita menganggap itu risiko yang harus ia hadapi sendiri. Tapi sebagai tim, kegagalan satu orang akan selalu membawa dampak pada keseluruhan. Jadi mengapa kita harus saling menjatuhkan?
Bukankah hasilnya tentu jauh lebih baik jika kita saling mendukung dan bekerjasama menghadapi persoalan?

Nabi Muhammad saw mengajarkan bahwa kita adalah satu tubuh. Jika satu anggota mengalami masalah, yang lainnya harus mendorong dan menguatkannya. Jangan sampai masalah yang dialami rekan kerja malah membuat kita senang. Tapi baiklah kita berseru, “Berpeganglah erat-erat! Tanpa kamu, kami akan tenggelam!”

Kegagalan atau kesuksesan rekan sekerja akan selalu mempengaruhi diri kita juga.
Trimakasih sahabat telah membaca, Salam Motivasi...!

by: cerita-cerita motivasi Read More..

Sabtu, 10 Juli 2010

Cerita, "Tiga Orang Tamu"

Suatu ketika, ada seorang wanita yang kembali pulang ke rumah dari perjalanannya keluar rumah, dan ia melihat ada 3 orang pria berjanggut yang duduk di halaman depan. Wanita itu tidak mengenal mereka semua.

Wanita itu berkata dengan senyumnya yang khas: “Aku tidak mengenal Anda, tapi aku yakin Anda semua pasti orang baik-baik yang sedang lapar. Mari masuk ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk mengganjal perut”.

Pria berjanggut itu lalu balik bertanya, “Apakah suamimu sudah pulang?”
Wanita itu menjawab, “Belum, dia sedang keluar”.
“Oh kalau begitu, kami tak ingin masuk. Kami akan menunggu sampai suamimu kembali”, kata pria itu.

Di waktu senja, saat keluarga itu berkumpul, sang isteri menceritakan semua kejadian tadi. Sang suami, awalnya bingung dengan kejadian ini, lalu ia berkata pada istrinya, “Sampaikan pada mereka, aku telah kembali, dan mereka semua boleh masuk untuk menikmati makan malam ini”.

Wanita itu kemudian keluar dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam.

“Maaf, kami semua tak bisa masuk bersama-sama” , kata pria itu hampir bersamaan.
“Lho, kenapa? tanya wanita itu karena merasa heran.
Salah seseorang pria itu berkata, “Nama dia Kekayaan,” katanya sambil menunjuk seorang pria berjanggut disebelahnya, “sedangkan yang ini bernama Kesuksesan, sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya.
Sedangkan aku sendiri bernama Kasih-Sayang.
Sekarang, coba tanya kepada suamimu, siapa diantara kami yang boleh masuk kerumahmu.”

Wanita itu kembali masuk kedalam, dan memberitahu pesan pria di luar. Suaminya pun merasa heran. “Ohho…menyenangkan sekali. Baiklah, kalau begitu, coba kamu ajak si Kekayaan masuk ke dalam. Aku ingin rumah ini penuh dengan Kekayaan.”

Istrinya tak setuju dengan pilihan itu. Ia bertanya, “Sayangku, kenapa kita tak mengundang si Kesuksesan saja? Sebab sepertinya kita perlu dia untuk membantu keberhasilan panen ladang pertanian kita.”

Ternyata, anak mereka mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut mengusulkan siapa yang akan masuk ke dalam rumah. “Bukankah lebih baik jika kita mengajak si Kasih-sayang yang masuk ke dalam? Rumah kita ini akan nyaman dan penuh dengan kehangatan Kasih-sayang. ”

Suami-istri itu setuju dengan pilihan buah hati mereka. “Baiklah, ajak masuk si Kasih-sayang ini ke dalam. Dan malam ini, Si Kasih-sayang menjadi teman santap malam kita.”

Wanita itu kembali ke luar, dan bertanya kepada 3 pria itu. “Siapa diantara Anda yang bernama Kasih-sayang? Ayo, silahkan masuk, Anda menjadi tamu kita malam ini.”

Si Kasih-sayang berdiri, dan berjalan menuju beranda rumah. Ohh.. ternyata, kedua pria berjanggut lainnya pun ikut serta. Karena merasa ganjil, wanita itu bertanya kepada si Kekayaan dan si Kesuksesan.

“Aku hanya mengundang si Kasih-sayang yang masuk ke dalam, tapi kenapa kamu ikut juga?”

Kedua pria yang ditanya itu menjawab bersamaan. “Kalau Anda mengundang si Kekayaan, atau si Kesuksesan, maka yang lainnya akan tinggal di luar. Namun, karena Anda mengundang si Kasih-sayang, maka, kemana pun Kasih sayang pergi, kami akan ikut selalu bersamanya. Dimana ada Kasih-sayang, maka kekayaan dan Kesuksesan juga akan ikut serta. Sebab, ketahuilah, sebenarnya kami berdua ini buta. Dan hanya si Kasih-sayang yang bisa melihat. Hanya dia yang bisa menunjukkan kita pada jalan kebaikan, kepada jalan yang lurus. Maka, kami butuh bimbingannya saat berjalan. Saat kami menjalani hidup ini.”

(Author Unknown)
~~~
Sahabat, saya jadi teringat pernah membaca sebuah artikel (kalau tidak salah ingat di detik.com). Yakni ada sebuah penelitian, tentang seorang suami yang akan pergi bekerja, dan seorang anak yang akan berangkat ke sekolah dengan kecupan kasih sayang dari seorang istri/ibu sang anak, dibandingkan dengan para suami dan anak yang akan pergi tanpa kecupan (kasih sayang) dari istri/ ibu sang anak, terlihat berbeda. Prestasi suami dan anak yang mendapatkan kecupan lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak mendapatkan kecupan tersebut. Hmm... lalu bagaimana dengan pengalaman anda? Apakah anda merasakannya juga?

Saya juga teringat ketika membaca bukunya M. Reza Syarif, yang berjudul ”Live is Beautiful”. Dia melakukan penelitian kepada para pengusaha-pengusaha sukses. Dan menakjubkan, ternyata mereka semua begitu dekat dengan ibu mereka. Ya, walaupun sepintas tidak ada hubungannya. Tapi jikalau kita telaah dengan seksama, doa dan kasih sayang Ibu lah yang menyemangatkan mereka. Dan saya meyakini, doa ibu kita sangatlah mujarab, dan saya Yakin Allah, kan mengabulkan doa-doa ibu kita yang tulus.

Jadi, janganlah meremehkan yang namanya kasih sayang. Janganlah kita berdalih demi mencari rezeki, sehingga kita melupakan kasih sayang dengan keluarga. Dan jangan lupa, kasih sayang merupakan Karunia dan Anugerah-Nya yang sangat besar. Itu.....!

Jadi, mari kita tebar kasih sayang khususnya keluarga kita. Dan lihatlah apa yang akan terjadi..... (ikut-ikut gaya Pak Mario Teguh.. ^_^)

Salam Motivasi...!
Read More..

Selasa, 06 Juli 2010

Menggali Bukit

Zaman dahulu ada 2 desa yang dipisahkan sebuah bukit...sehingga desa yg satu gemah-ripah-lohjinawi atau bahasa sederhananya "SUBUR-MAKMUR dan hidup SEJAHTERA"...sedangkan desa yang satu lagi sangat TANDUS dan mereka hidup KEKURANGAN...sehingga beberapa pindah dari desa ini.

WAktu terus berlalu tanpa adanya perubahan....sampai akhirnya ada seorang ayah sebut saja UMAR yang ingin mewujudkan IMPIANNYA...ingin merubah nasibnya selama ini...dan itu disampaikan kepada ke-3 anak laki2nya, "Wahai anak2ku..mulai besok ayah akan menggali bukit itu agar kondisi desa kita bisa berubah.." Tapi ke-3 anaknya menganggap itu HAL YANG MUSTAHIL DILAKUKAN..bahkan menganggap ayah mereka sudah GILA....

Keesokan harinya UMAR benar-benar melaksanakan niatnya...setelah sholat SUBUH beliau pergi ke bukit dengan membawa cangkul untuk menggali bukit...penduduk desapun menganggap UMAR sudah gila...dan ke-3 anaknya juga berusaha menasehati ayahnya..namun UMAR tidak mau merubah pendiriannya...beliau sangat yakin bisa mewujudkan IMPIANNYA..hari berganti hari..pekan berganti pekan..lama-lama ke-3 anaknya mulai berpikir ulang...”JANGAN-JANGAN AYAH BENAR”...akhirnya ke-3nyapun sepakat membantu ayah mereka...sehingga setiap pagi satu keluarga ini mengalokasikan sebagian waktunya untuk menggali bukit...dan penduduk desapun makin yakin satu keluarga itu sudah GILA SEMUA.

Tanpa terasa waktu terus berlalu...sampai akhirnya satu demi satu penduduk desa mulai membantu apa yang dilakukan oleh keluarga UMAR sampai suatu waktu IMPIAN MEREKA BENAR-BENAR TERWUJUD...sekarang nasib penduduk desa sudah berubah TOTAL yg semula serba kekurangan sekarang SUBUR, MAKMUR, dan SEJAHTERA.

(Author Unknown) mengutip catatan teman...
~~~
Sahabat sekalian..., Sebagian dari kita barangkali takut untuk bermimpi karena menganggap bahwa impiannya terlalu BESAR...dan mustahil meraihnya...bagai punguk merindukan bulan...

padahal kita sadar untuk BERMIMPI BESAR ITU BENAR-BENAR GRATISSS...

Mungkin anda ingat ketika di dunia ini belum ada produk air putih dalam kemasan. Mereka menganggap ide BODOH dan GILA menjual air putih. Apalagi di Indonesia, yang begitu berlimpahnya air bersih. Saat itu, air putih tidak ada harganya, anda bisa memintanya di warung tanpa membayar.

Tapi sungguh luar biasa, perusahaan pelopor air mineral, melihat peluang itu, dan mengubah mindset masyarakat, bahwa air putih pun harus beli. ya, konsumen harus membeli satu botol air putih lebih mahal daripada harga bensin saat itu. LUAR BIASA...

Hmm..., saya yakin itu semua berawal dari impian, bukan sekedar impian kecil... tapi sebuah IMPIAN BESAR...!
Read More..

Jumat, 02 Juli 2010

Ternyata, Hidup Ini Sederhana

Ada seseorang saat melamar kerja, memungut sampah kertas di lantai ke dalam tong sampah,dan hal itu terlihat oleh peng-interview, dan dia mendapatkan pekerjaan tersebut.Ternyata untuk memperoleh penghargaan sangat mudah, cukup memelihara kebiasaan yang baik.

—- 000 —–

Ada seorang anak menjadi murid di toko sepeda.Suatu saat ada seseorang yang mengantarkan sepeda rusak untuk diperbaiki di toko tsb.Selain memperbaiki sepeda tersebut, si anak ini juga membersihkan sepeda hingga bersih mengkilap.Murid-murid lain menertawakan perbuatannya.Keesokan hari setelah sang empunya sepeda mengambil sepedanya, si adik kecil ditarik/diambil kerja di tempatnya.Ternyata untuk menjadi orang yang berhasil sangat mudah, cukup punya inisiatif sedikit saja.

—- 000 —–

Seorang anak berkata kepada ibunya: “Ibu hari ini sangat cantik.”Ibu menjawab: “Mengapa?”Anak menjawab: “Karena hari ini ibu sama sekali tidak marah-marah. ”Ternyata untuk memiliki kecantikan sangatlah mudah, hanya perlu tidak marah-marah.

—- 000 —–

Seorang petani menyuruh anaknya setiap hari bekerja giat di sawah.Temannya berkata: “Tidak perlu menyuruh anakmu bekerja keras, Tanamanmu tetap akan tumbuh dengan subur.”Petani menjawab: “Aku bukan sedang memupuk tanamanku, tapi aku sedang membina anakku.”Ternyata membina seorang anak sangat mudah, cukup membiarkan dia rajin bekerja.

—- 000 —–

Seorang pelatih bola berkata kepada muridnya:“Jika sebuah bola jatuh ke dalam rerumputan, bagaimana cara mencarinya?”Ada yang menjawab: “Cari mulai dari bagian tengah.”Ada pula yang menjawab: “Cari di rerumputan yang cekung ke dalam.”Dan ada yang menjawab: “Cari di rumput yang paling tinggi.”Pelatih memberikan jawaban yang paling tepat:“Setapak demi setapak cari dari ujung rumput sebelah sini hingga ke rumput sebelah sana.”Ternyata jalan menuju keberhasilan sangat gampang, cukup melakukan segala sesuatunyasetahap demi setahap secara berurutan, jangan meloncat-loncat.

—- 000 —–

Katak yang tinggal di sawah berkata kepada katak yang tinggal di pinggir jalan:“Tempatmu terlalu berbahaya, tinggallah denganku.”Katak di pinggir jalan menjawab: “Aku sudah terbiasa, malas untuk pindah.”Beberapa hari kemudian katak “sawah” menjenguk katak “pinggir jalan”dan menemukan bahwa si katak sudah mati dilindas mobil yang lewat.Ternyata sangat mudah menggenggam nasib kita sendiri, cukup hindari kemalasan saja.

—- 000 —–

Ada segerombolan orang yang berjalan di padang pasir,semua berjalan dengan berat, sangat menderita,hanya satu orang yang berjalan dengan gembira.Ada yang bertanya: “Mengapa engkau begitu santai?”Dia menjawab sambil tertawa: “Karena barang bawaan saya sedikit.”Ternyata sangat mudah untuk memperoleh kegembiraan, cukup tidak serakah dan memilikisecukupnya saja."You are what you think about. Beware of your mind"

—- 000 —–

SALAM MOTIVASI.....!!!
Read More..