tag:blogger.com,1999:blog-50352755985920370332024-03-14T10:10:24.679+07:00Cerita-cerita MotivasiCeritakan semua hal yang memotifasimu...Vi3zahttp://www.blogger.com/profile/17729330991974343341noreply@blogger.comBlogger55125tag:blogger.com,1999:blog-5035275598592037033.post-15739961043459818552011-01-03T14:35:00.000+07:002011-01-03T14:35:23.381+07:00Cerita, "Nasi Bungkus"<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiL0Dosv38UYZagYyCYFjWtZL-0FBYEzCSDfpN-PN2s9yoWA_kkYZ3CnnMA3_7HyO7F7VxRVtHHmjpl4w4am6jND73Xtz1STfOwfZwiqEpIEpiFzyJtzAYc6IDZ_APWVYOL8Z6XjIb9f8C3/s1600/bungkus.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="163" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiL0Dosv38UYZagYyCYFjWtZL-0FBYEzCSDfpN-PN2s9yoWA_kkYZ3CnnMA3_7HyO7F7VxRVtHHmjpl4w4am6jND73Xtz1STfOwfZwiqEpIEpiFzyJtzAYc6IDZ_APWVYOL8Z6XjIb9f8C3/s200/bungkus.jpg" width="200" /></a></div> Di suatu sore hari pada saat aku pulang kantor dengan mengendarai sepeda motor, aku disuguhkan suatu drama kecil yang sangat menarik, seorang anak kecil berumur lebih kurang sepuluh tahun dengan sangat sigapnya menyalip disela-sela kepadatan kendaraan di sebuah lampu merah perempatan jalan di Jakarta .<br />
<br />
Dengan membawa bungkusan yang cukup banyak diayunkannya sepeda berwarna biru muda, sambil membagikan bungkusan tersebut ,ia menyapa akrab setiap orang, dari tukang koran , penyapu jalan, tuna wisma sampai Pak Polisi.<br />
<br />
Pemandangan ini membuatku tertarik, pikiran ku langsung melayang membayangkan apa yang diberikan si anak kecil tersebut dengan bungkusannya, apakah dia berjualan ? “Kalau dia berjualan apa mungkin seorang tuna wisma menjadi langganan tetapnya atau…??, untuk membunuh rasa penasaran ku, aku pun membuntuti si anak kecil <span class="fullpost"> tersebut sampai di sebrang jalan , setelah itu aku langsung menyapa anak tersebut untuk aku ajak berbincang-bincang.<br />
<br />
”Dek, boleh kakak bertanya ?” tanyaku.<br />
<br />
“Silahkan kak.” Jawab adik kecil.<br />
<br />
“Kalau boleh tahu yang barusan Adik bagikan ketukang koran, tukang sapu, peminta-minta bahkan pak polisi, itu apa ?” tanyaku dengan heran.<br />
<br />
“Oh… itu bungkusan nasi dan sedikit lauk kak… memang kenapa kak?” dengan sedikit heran , sambil ia balik bertanya.<br />
<br />
”Oh... tidak! Kakak Cuma tertarik cara kamu membagikan bungkusan itu, kelihatan kamu sudah terbiasa dan cukup akrab dengan mereka. Apa kamu sudah lama kenal dengan mereka?”<br />
<br />
Lalu ,Adik kecil ini mulai bercerita, “Dulu … aku dan ibuku sama seperti mereka hanya seorang tuna wisma, setiap hari bekerja hanya mengharapkan belaskasihan banyak orang, dan seperti kakak ketahui hidup di Jakarta begitu sulit, sampai kami sering tidak makan, waktu siang hari kami kepanasan dan waktu malam hari kami kedinginan ditambah lagi pada musim hujan kami sering kehujanan.”<br />
<br />
“Apabila kami mengingat waktu dulu… kami sangat-sangat sedih , namun setelah ibuku membuka warung nasi, kehidupan keluarga kami mulai membaik. Maka dari itu ibu selalu mengingatkanku, bahwa masih banyak orang yang susah seperti kita dulu , jadi kalau saat ini kita diberi rejeki yang cukup , kenapa kita tidak dapat berbagi kepada mereka.”<br />
<br />
”Yang ibu ku selalu katakan ‘hidup harus berarti buat banyak orang ‘, karena pada saat kita kembali kepada Sang Pencipta tidak ada yang kita bawa, hanya satu yang kita bawa yaitu Kasih kepada sesama serta Amal dan Perbuatan baik kita , kalau hari ini kita bisa mengamalkan sesuatu yang baik buat banyak orang , kenapa kita harus tunda.”<br />
<br />
”Karena menurut ibuku umur manusia terlalu singkat , hari ini kita memiliki segalanya, namun satu jam kemudian atau besok kita dipanggil Sang Pencipta, apa yang kita bawa?”<br />
<br />
Kata-kata adik kecil ini sangat menusuk hatiku, saat itu juga aku merasa menjadi orang yang tidak berguna, bahkan aku merasa tidak lebih dari seonggok sampah yang tidak ada gunanya,dibandingkan adik kecil ini.<br />
<br />
Aku yang selama ini merasa menjadi orang hebat dengan pendidikan dan jabatan tinggi, namun untuk hal seperti ini, aku merasa lebih bodoh dari anak kecil ini, aku malu dan sangat malu. Ya.. Tuhan, Ampuni aku, ternyata kekayaan, kehebatan dan jabatan tidak mengantarku kepada Mu.<br />
<br />
Hanya Kasih yang sempurna serta Iman dan Pengharapan kepada-Mu lah yang dapat mengiringiku masuk ke Surga. Terima kasih adik kecil, kamu adalah malaikat ku yang menyadarkan aku dari tidur nyenyakku.<br />
<br />
(Oleh : Laila Nurul Muna)<br />
...<br />
Sahabat CCM yang hebat!,... Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu.Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri.Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.Ia tidak bersuka cita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.Kasih tidak berkesudahan...<br />
<br />
Janganlah ragu , mulailah dari sekarang membiasakan diri berbagi dan memberi walaupun itu untuk perkara-perkara kecil ....MALULAH kita kepada TUHAN , berapa besar rizki yang DIA berikan untuk kita dan BERAPA BANYAK yang kita berikan untuk NYA ....?<br />
<br />
Semoga kisah ini dapat menjadi renungan yang bermanfaat bagi kita bersama,</span>Vi3zahttp://www.blogger.com/profile/17729330991974343341noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5035275598592037033.post-28598658729690020072011-01-03T14:30:00.000+07:002011-01-03T14:30:34.860+07:00Cerita, "Pohon"<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnqbO8FvI_xg42mQ4C1HJkYmu4dvwIAZhsZmeBKTYZGd8WETuwWe6lJgM3KRgakpHuIA15_C0JxLAz7Ra7IXakZCYn4xG9kSw7z-tFuOhVDryxOLBjJQE177CYRWMBd_N1or9wpRrnaYWA/s1600/American_Chestnut_Tree.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnqbO8FvI_xg42mQ4C1HJkYmu4dvwIAZhsZmeBKTYZGd8WETuwWe6lJgM3KRgakpHuIA15_C0JxLAz7Ra7IXakZCYn4xG9kSw7z-tFuOhVDryxOLBjJQE177CYRWMBd_N1or9wpRrnaYWA/s200/American_Chestnut_Tree.jpg" width="186" /></a></div>Dalam sebuah perjalanan seorang ayah dengan puteranya, sebatang pohon kayu nan tinggi ternyata menjadi hal yang menarik untuk mereka simak. Keduanya pun berhenti di bawah rindangnya pohon tersebut.<br />
<br />
“Anakku,” ucap sang ayah tiba-tiba. Anak usia belasan tahun ini pun menatap lekat ayahnya. Dengan sapaan seperti itu, sang anak paham kalau ayahnya akan mengucapkan sesuatu yang serius.<br />
<br />
“Adakah pelajaran yang bisa kau sampaikan dari sebuah pohon?” lanjut sang ayah sambil tangan kanannya meraih batang pohon di dekatnya.<br />
<br />
“Menurutku, pohon bisa jadi tempat berteduh yang nyaman, penyimpan air yang bersih dari kotoran, dan penyeimbang kesejukan udara,” jawab sang anak sambil matanya menanti sebuah kepastian.<br />
<a name='more'></a><br />
“Bagus,” jawab spontan sang ayah. “Tapi, ada hal lain yang menarik untuk kita simak dari sebuah pohon,” tambah sang ayah sambil tiba-tiba wajahnya mendongak ke ujung dahan yang paling atas.<br />
<br />
“Perhatikan ujung pepohonan yang kamu lihat. Semuanya tegak lurus ke arah yang sama. Walaupun ia berada di tanah yang miring, pohon akan memaksa dirinya untuk tetap lurus menatap cahaya,” jelas sang ayah.<br />
<br />
“Anakku,” ucap sang ayah sambil tiba-tiba tangan kanannya meraih punggung puteranya. “Jadikan dirimu seperti pohon, walau keadaan apa pun, tetap lurus mengikuti cahaya kebenaran,” ungkap sang ayah begitu berkesan.**<br />
<br />
Keadaan tanah kehidupan yang kita pijak saat ini, kadang tidak berada pada hamparan luas nan datar. Selalu saja ada keadaan tidak seperti yang kita inginkan. Ada tebing nan curam, ada tanjakan yang melelahkan, ada turunan landai yang melenakan, dan ada lubang-lubang yang muncul di luar dugaan.<br />
<br />
Pepohonan, seperti yang diucapkan sang ayah kepada puteranya, selalu memposisikan diri pada kekokohan untuk selalu tegak lurus mengikuti sumber cahaya kebenaran. Walaupun berada di tebing ancaman, tanjakan hambatan, turunan godaan, dan lubang jebakan.<br />
<br />
“Jadikan dirimu seperti pohon, walau keadaan apa pun, tetap lurus mengikuti cahaya kebenaran.”<br />
<br />
Sumber : (muhammadnuh@eramuslim.com)<br />
...<br />
<br />
Sahabat, Jadikan dirimu seperti pohon, walau keadaan apa pun, tetap lurus mengikuti cahaya kebenaran,” Siapapun Anda, bagaimanapun Anda, dan Dimanapun anda... tatap dan ikutilah cahaya lurus kebenaran... <br />
<br />
karena bila tidak anda akan tersesat dalam kegelapan. Dan Bila terperangkap dalam gelap, jangan mengutuki kegelapan, tapi nyalakan lah cayaha walaupun dengan Lilin...<br />
Terimakasih telah membaca... Salam Motivasi...!Vi3zahttp://www.blogger.com/profile/17729330991974343341noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5035275598592037033.post-48586938938201521512011-01-03T14:24:00.001+07:002011-01-03T14:31:21.375+07:00Cerita, "Buku Polos"<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHmfZMC0I9jtinK1w1e33CwxvibE9FGsTqtqMoa3W1nVRN80PhW0XpBrxqBmKVamfW0v6eltujHdZIEzrzeInOQ47CabOy1_T0r-6qVenxc0Q76kWos_PQYLIR24UQtOzbrFDAwi69FHDF/s1600/U2FtcHVsX2J1a3VfcG9sb3MuanBn.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHmfZMC0I9jtinK1w1e33CwxvibE9FGsTqtqMoa3W1nVRN80PhW0XpBrxqBmKVamfW0v6eltujHdZIEzrzeInOQ47CabOy1_T0r-6qVenxc0Q76kWos_PQYLIR24UQtOzbrFDAwi69FHDF/s200/U2FtcHVsX2J1a3VfcG9sb3MuanBn.jpg" width="200" /></a></div>Lembaran kertas putih merasa tak nyaman ketika baru saja keluar dari pabrik. Ia merasa bingung dengan kenyataan dirinya. Tidak ada garis, tulisan, atau warna apa pun kecuali putih. Tapi, wujudnya berbentuk buku seperti yang lain.<br />
<br />
“Kok aku beda?” tanya si buku polos ke lembaran buku tulis yang lain. “Beda?” sergah salah satu buku tulis bergaris. “Iya. Coba perhatikan, kamu tercetak dengan garis-garis teratur. Ada yang kotak-kotak. Yang lainnya lagi bahkan ada yang tertulis dengan huruf berwarna disertai kartun lucu,” ucap buku polos bersemangat. “Sementara aku? Boro-boro kartun lucu, satu garis pun tak ada yang hinggap!” tambah si buku polos menggugat.<br />
<br />
“Jadi, kamu tak terima?” tanya buku bergaris teratur, lembut. “Tentu saja! Ini tidak adil!” sergah si buku polos begitu spontan.<br />
<br />
Semua terdiam. Semua jenis buku tulis mulai ambil jarak dengan buku polos. Mereka khawatir kalau <br />
<a name='more'></a>ketidakpuasan bukan sekadar gugatan, tapi berubah jadi tindakan. Hingga...<br />
<br />
Seorang anak manusia mengambil buku polos dengan tangan kecilnya. Lembaran buku tak bergaris dan berwarna itu pun dipandangi sang anak begitu tajam. Entah apa yang dilakukan, beberapa menit kemudian, buku polos itu tak lagi putih sepi. Ia sudah berubah menjadi halaman penuh warna. Ada goresan merah, hijau, biru, kuning, dan berbagai perpaduan warna lain.<br />
<br />
Ketika buku itu ditinggalkan sang anak, beberapa buku lain datang menghampiri. Semua terperanjat. Karena lembaran yang semula polos, kini berubah menjadi bentuk lukisan penuh warna. “Aih indahnya!” gumam semua buku tulis begitu kagum.<br />
<br />
Saat itulah, sang buku polos sadar. Selama ini, ia salah. Kepolosannya tanpa garis bukan bentuk penghinaan terhadap dirinya. Bukan juga ketidakadilan. Tapi, karena ia akan menjadi wadah berbagai goresan warna seni yang akan membentuk karya indah. “Ah, aku ternyata buku gambar!” ucap si buku polos akhirnya. <br />
...<br />
<br />
Sahabat, Hidup ini penuh warna. Hampir tak ada yang sama pada ciptaan Allah. Walaupun, masih sama-sama manusia. Ada yang kaya, cukup, dan kurang. Ada yang cantik, tampan; ada pula yang biasa saja. Ada yang berhasil dan sukses, tidak sedikit yang merasa gagal.<br />
<br />
Tidak jarang, seorang anak manusia mengambil pandangan dari sudut yang sempit. Bahwa, kegagalan adalah sebuah ketidakberdayaan. Bahwa, belum tampaknya peluang-peluang berkarya adalah ketidakadilan. Hingga, jauhnya jodoh buat para lajang merupakan sebuah hukuman.<br />
<br />
Cermati dan pelajari. Karena boleh jadi, di balik kegagalan ada rahasia kesuksesan. Di balik sempitnya peluang, ada ujian kemampuan. Di balik lajang yang berkepanjangan, ada pendidikan kemandirian. Dan di balik kertas polos, ada peluang warna-warni keindahan goresan kehidupan.<br />
<br />
Terimakasih telah membaca... Salam Motivasi...!<br />
<span class="fullpost"> </span>Vi3zahttp://www.blogger.com/profile/17729330991974343341noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5035275598592037033.post-6467420317527870152010-11-10T22:32:00.000+07:002010-11-10T22:32:27.482+07:00Cerita, "Falsafah Lima Jari"<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0kn8KPTETWLaaxilIZGa2JWzmRatNoPV-_6PZ3Gm6i3YhQjQ-wDlhTbY7tZawL5ibqRAlEfYDFTQHuKj-g39hemJvmTacdisGwue77J759YQXJYxIPQq5y_UD8Nfa3Em2kUsU_V0KCpMp/s1600/jari.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="197" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0kn8KPTETWLaaxilIZGa2JWzmRatNoPV-_6PZ3Gm6i3YhQjQ-wDlhTbY7tZawL5ibqRAlEfYDFTQHuKj-g39hemJvmTacdisGwue77J759YQXJYxIPQq5y_UD8Nfa3Em2kUsU_V0KCpMp/s200/jari.jpg" width="200" /></a></div>Sahabat, ada falsafah tentang lima jari kita...<br />
<br />
1.. Ada si gendut jempol yang selalu berkata baik dan menyanjung.<br />
2.. Ada telunjuk yang suka menunjuk dan memerintah.<br />
3.. Ada si jangkung jari tengah yang sombong dan suka menghasut jari telunjuk.<br />
4.. Ada jari manis yang selalu menjadi teladan, baik, dan sabar sehingga diberi hadiah cincin.<br />
5.. Dan ada kelingking yang lemah dan penurut serta pemaaf (ingatkah anda waktu kecil kalau kita berbaikan dengan musuh kita pasti saling sentuh jari kelingking?).<br />
<a name='more'></a>Dengan perbedaan positif dan negatif yang dimiliki masing-masing jari, mereka bersatu untuk mencapai tujuan (menulis, memegang, menolong anggota tubuh yg lain, melakukan pekerjaan, dll).<br />
<br />
Sahabat, Pernahkah kita bayangkan bila tangan kita hanya terdiri dari jempol semua?<br />
<br />
Falsafah ini sederhana namun sangat berarti. Kita diciptakan dengan segala perbedaan yang kita miliki dengan tujuan untuk bersatu, saling menyayangi,saling menolong, saling membantu, saling mengisi, bukan untuk saling menuduh, menunjuk, merusak, dan bahkan membunuh. Sudahkah kasih sayang anda hari ini bertambah? Semoga bermanfaat.<br />
Terimakasih telah membaca... Salam MOTIVASI...!<br />
<br />
<span style="font-size: x-small;"><i>(Sumber : Afdoal)</i></span>Vi3zahttp://www.blogger.com/profile/17729330991974343341noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5035275598592037033.post-80498019579704571482010-11-10T22:28:00.000+07:002010-11-10T22:28:17.390+07:00Cerita, "Anak Kerang"<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjytGc3h66IN_f6yGtOCBY56ca1HLqtsTPOGqnJoWuBtB_y9YMhJsrxe4TMOukAzfwWEwVaI7RvTpY1e6rX2MxKtVkiBe_0-hE8R_gZxreo8NBxMomdATcxWTuWdxth_ht7KXNSOzFUuOZl/s1600/anak-kerang.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="164" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjytGc3h66IN_f6yGtOCBY56ca1HLqtsTPOGqnJoWuBtB_y9YMhJsrxe4TMOukAzfwWEwVaI7RvTpY1e6rX2MxKtVkiBe_0-hE8R_gZxreo8NBxMomdATcxWTuWdxth_ht7KXNSOzFUuOZl/s200/anak-kerang.jpg" width="200" /></a></div>Pada suatu hari ....seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengaduh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek.<br />
<br />
Anakku, kata sang Ibu sambil bercucuran air mata, Tuhan tidak memberikan kita bangsa kerang sebuah tangan pun sehingga Ibu tak bisa menolongmu. Sakit sekali, aku tahu. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa pedih dan sakit yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat, kata Ibunya dengan sendu namun lembut.<br />
<br />
Maka si anak kerang pun melakukan nasihat ibundanya.Ada hasilnya, tetapi rasa sakit bukan alang kepalang. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan bertahun-tahun. Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara<br />
<a name='more'></a><br />
mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Makin lama mutiaranya makin besar. Rasa sakit menjadi terasa wajar. Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengkilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna. Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada seribu ekor kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.<br />
<br />
(Resonansi)<br />
<br />
~~~<br />
Sahabat, Kekecewaan dan penderitaan akan selalu ada dalam hidup kita. Seakan-akan Tuhan selalu mengambil kebahagiaan yang ada pada kita. Tidak...tidak seperti itu. Kita hanya harus bersabar terhadap segala sesuatu yang menimpa kita dan menanti ketetapan Tuhan. Dan semuanya akan berakhir dengan indah.Karena segala sesuatu yang baik akan selalu mengarah pada kebaikan.Kekecewaan dan penderitaan telah membuat seekor kerang biasa menjadi kerang luar biasa.Kekecewaan dan penderitaan pun akan dapat mengubah orang biasa menjadi orang luar biasa.<br />
<br />
Terimakasih telah membaca cerita ini.. semoga bermanfaat...Vi3zahttp://www.blogger.com/profile/17729330991974343341noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5035275598592037033.post-70442800616202441682010-10-29T22:19:00.000+07:002010-10-29T22:19:20.829+07:00Cerita, "Kapak, Gergaji, Palu dan Api"<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqmezSzBaDq2nJ5TWDGewAtT-wa8YH8sDsixzFIx30qvuh-gItYyZgpvlfVfDsy8MjLL0arxv2ycrV_ueVZwt3owO9UnbBWwWKtZN3zfT9RM_mhOXBTFNy0HCJVA7mr2F0FkqNHugLAP5J/s1600/api+cinta.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="186" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqmezSzBaDq2nJ5TWDGewAtT-wa8YH8sDsixzFIx30qvuh-gItYyZgpvlfVfDsy8MjLL0arxv2ycrV_ueVZwt3owO9UnbBWwWKtZN3zfT9RM_mhOXBTFNy0HCJVA7mr2F0FkqNHugLAP5J/s200/api+cinta.jpg" width="200" /></a></div> Alkisah suatau ketika kapak, gergaji, palu dan nyala api sedang melakukan perjalanan bersama2. Disuatu tempat perjalanan mereka terhenti karena terdapat sepotong besi baja yang tergeletak menghalangi jalan. Mereka berusaha menyingkirkan baja tersebut dengan kekuatan mereka masing2.<br />
<br />
"Itu bisa aku singkirkan" kata kapak. Pukulan2nya keras sekali menghantam baja yang kuat & keras juga itu. Tapi tiap bacokan hanya membuat kapak itu semakin tumpul sendiri sehingga sampai ia berhenti.<br />
<br />
"Sini biar aku yg urus" kata gergaji. Dengan gigi2 yang tajam tanpa perasaan, iapun mulai menggergaji. Tapi alangkah kaget & kecewa ia, semua giginya jadi tumpul dan rontok.<br />
<a name='more'></a>"Apa kubilang" kata palu. Kan aku dah ngomong, kalian takan bisa. Sini, sini kutunjukan caranya" Tapi baru sekali ia memukul, kepalanya terpental sendiri, dan baja tetap tak berubah.<br />
"Boleh aku coba?" tanya nyala api. Dan iapun melingkarkan diri, dengan lembut menggeluti, memeluk dan mendekapnya erat2 tanpa mau melepaskannya. Baja yang keras itupun meleleh dan cair.<br />
<br />
...<br />
Sahabat,<br />
Ada banyak hati cukup keras untuk melawan kemurkaan dan amukan kemarahan demi harga diri. Tapi jarang ada hati yang tahan melawan api cinta kasih yang hangat.<br />
<br />
Betapa arif dan bijak ada dalam sebuah kelembutan dan kehangatan, seperti api mencairkan hati yang dingin. Ah.... tak ada yang tahan menampik cinta dan kasih sayang...<br />
<br />
Mengutip kata-kata Pak Mario Teguh :<br />
<br />
Hatimu yang mudah merasa kasihan itu<br />
tidak lemah, tetapi justru tanda<br />
bahwa engkau adalah jiwa yang disiapkan<br />
bagi peran pelayanan yang besar.<br />
<br />
Hati yang kasar dan kejam<br />
tidak akan mampu mengemban tugas<br />
untuk membahagiakan sesama.<br />
<br />
Hatimu yang mudah pedih<br />
melihat penderitaan sesama itu<br />
adalah rahmat Tuhan.<br />
<br />
Bersyukurlah,<br />
dan segeralah gunakan rahmat itu<br />
dalam pekerjaan yang membaikkan<br />
hidup banyak orang.<br />
<br />
Salam Super dan Motivasi...! ^_^Vi3zahttp://www.blogger.com/profile/17729330991974343341noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5035275598592037033.post-73868470361025599932010-10-29T22:13:00.000+07:002010-10-29T22:13:20.114+07:00Cerita, " Papan dan Rayap"<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi46UpsLYMXkDudh4Isj9DuEOFEEsx5t62l7GXwBIFp-DSsZlU7TgppuhvJ1TUKOhkyzOrikZLj8bRaebuczdEuWQROtbzYZiXEc7sacYcw5NMNLfpQsoQLR48gEwwvrWbdTV7iSbSyR-uj/s1600/31260_388218247643_349424307643_4076898_4076837_a.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi46UpsLYMXkDudh4Isj9DuEOFEEsx5t62l7GXwBIFp-DSsZlU7TgppuhvJ1TUKOhkyzOrikZLj8bRaebuczdEuWQROtbzYZiXEc7sacYcw5NMNLfpQsoQLR48gEwwvrWbdTV7iSbSyR-uj/s1600/31260_388218247643_349424307643_4076898_4076837_a.jpg" /></a></div>Dikisahkan dua orang laki-laki bekerja keras membuat sebuah perahu. Ketika sedang sibuk bekerja mereka berdua menemukan rayap disebuah papan. Salah seorang dari mereka kemudian ingin membuang papan itu tapi temannya melarang. Dia berkata, ”kenapa papan ini dibuang? Kan sayang. Lagipula tidak ada masalah. Cuma kena rayap sedikit saja.”<br />
<br />
Karena tidak ingin mengecewakan temannya, papan yang ada rayapnya pun digunakan untuk membuat perahu. Selang beberapa hari, perahu pun selesai dan sudah bisa digunakan untuk melayari lautan.<br />
<br />
Tapi beberapa tahun kemudian, rayap-rayap itu ternyata bertelur dan menetas. <span class="fullpost"> Rayap-rayap itu kemudian menggerogoti kayu kapal. Bahkan rayap-rayap itu menyebar kemana-mana hingga memakan kayu yang ada di lambung kapal.<br />
<br />
Kapal terus digunakan dan tak seorang pun sadar hingga akhirnya, kayu-kayu perahu itu pun mulai keropos. Dan, ketika dihantam oleh ombak besar, air berhasil menembus masuk dari celah-celah dan lubang-lubang kayu. <br />
<br />
Karena hujan juga sering turun dengan deras, para awak perahu tidak mampu lagi menguras air yang masuk ke dalam perahu sehingga akhirnya perahu itu karam. Di dalamnya terdapat barang-barang berharga dan nyawa manusia.<br />
....<br />
Sahabatku, Kalau saja kita sadar bahwa malapetaka besar ini sebenarnya berasal dari hal yang remeh dan tidak berharga seperti papan yang sudah kena rayap. Kalau saja ketika membuat perahu dahulu papan itu dibuang, tentu saja malapetaka ini bisa dicegah. <br />
<br />
Dan, begitulah kalau pada kenyataannya kita sering tidak sadar kalau perbuatan-perbuatan kesalahan kecil dan remeh yang kita lakukan kadang-kadang justru malah menimbulkan malapetaka besar.<br />
<br />
orang arif bijak pernah berkata :<br />
"Berhati-hatilah dan berhematlah atas pengeluaran-pengeluaran kecil. kebocoran kecil bisa mengaramkan kapal."<br />
<br />
Semoga bermanfaat... Salam Motivasi...!<br />
<br />
(by : Mushasi) </span>Vi3zahttp://www.blogger.com/profile/17729330991974343341noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5035275598592037033.post-88602576726528441782010-10-11T16:10:00.000+07:002010-10-11T16:10:27.530+07:00Cerita, "Kehidupan Sang Elang"Elang merupakan jenis unggas yang mempunyai umur paling panjang didunia. Umurnya dapat mencapai 70 tahun. Tetapi untuk mencapai umur sepanjang itu seekor elang harus membuat suatu keputusan yang sangat berat pada umurnya yang ke 40.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjENA33cHkvmompoYZs5m1QZY65mWKCnhaXwPDw66eiCs9hpq18VjJtqNmy7Ba4ZRMQ0fBBiwDefGsQK_Dgc3UJP5M5mr9z8FdTYC49WJVOvEhTj5UKVEsGoqUcPyX4VfEHCYRS6ej3-fAr/s1600/elang.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="195" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjENA33cHkvmompoYZs5m1QZY65mWKCnhaXwPDw66eiCs9hpq18VjJtqNmy7Ba4ZRMQ0fBBiwDefGsQK_Dgc3UJP5M5mr9z8FdTYC49WJVOvEhTj5UKVEsGoqUcPyX4VfEHCYRS6ej3-fAr/s200/elang.jpg" width="200" /></a></div><br />
Ketika elang berumur 40 tahun, cakarnya mulai menua, paruhnya menjadi panjang dan membengkok hingga hampir menyentuh dadanya. Sayapnya menjadi sangat berat karena bulunya telah tumbuh lebat dan tebal,sehingga sangat menyulitkan waktu terbang. <br />
<br />
Pada saat itu, elang hanya mempunyai dua pilihan: Menunggu kematian, atau Mengalami suatu proses transformasi yang sangat menyakitkan - suatuproses transformasi yang panjang selama 150 hari.<br />
<a name='more'></a><br />
Untuk melakukan transformasi itu, elang harus berusaha keras terbang keatas puncak gunung untuk kemudian membuat sarang ditepi jurang , berhenti dan tinggal disana selama proses transformasi berlangsung.<br />
<br />
Pertama-tama, elang harus mematukkan paruhnya pada batu karang sampai paruh tersebut terlepas dari mulutnya, kemudian berdiam beberapa lama menunggu tumbuhnya paruh baru.<br />
<br />
Dengan paruh yang baru tumbuh itu, ia harus mencabut satu persatu cakar-cakarnya dan ketika cakar yang baru sudah tumbuh, ia akan mencabut bulu badannya satu demi satu. Suatu proses yang panjang dan menyakitkan. Lima bulan kemudian, bulu-bulu elang yang baru<br />
sudah tumbuh. Elang mulai dapat terbang kembali. Dengan paruh dan cakar baru, elang tersebut mulai menjalani 30 tahun kehidupan barunya dengan penuh energi!<br />
<br />
...<br />
<br />
Sahabat, Dalam kehidupan kita ini, kadang kita juga harus melakukan suatu keputusan yang sangat berat untuk memulai sesuatu proses pembaharuan. Kita harus berani dan mau membuang semua kebiasaan lama yang mengikat, meskipun kebiasaan lama itu adalah sesuatu yang menyenangkan dan melenakan.<br />
<br />
Kita harus rela untuk meninggalkan perilaku lama kita agar kita dapat mulai terbang lagi menggapai tujuan yang lebih baik di masa depan. Hanya bila kita bersedia melepaskan beban lama, membuka diri untuk belajar hal-hal yang baru, kita baru mempunyai kesempatan<br />
untuk mengembangkan kemampuan kita yang terpendam, mengasah keahlian baru dan menatap masa depan dengan penuh keyakinan.<br />
<br />
Halangan terbesar untuk berubah terletak di dalam diri sendiri dan andalah sang penguasa atas diri anda. Jangan biarkan masa lalu menumpulkan asa dan melayukan semangat kita.<br />
Karena Anda adalah elang-elang itu.<br />
<br />
Perubahan pasti terjadi. Maka itu, kita harus berubah! Salam Motivasi...!Vi3zahttp://www.blogger.com/profile/17729330991974343341noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5035275598592037033.post-10201653319840770092010-09-30T16:18:00.000+07:002010-09-30T16:18:09.316+07:00Cerita, "Teriak!"Sahabat, Kali ini, saya ingin bercerita tentang salah satu kebiasaan yang ditemui pada penduduk yang tinggal di sekitar kepulauan Solomon, yang letaknya di Pasifik Selatan. Nah, penduduk primitif yang tinggal di sana punya sebuah kebiasaan yang menarik yakni meneriaki pohon. Untuk apa? Kebisaan ini ternyata mereka lakukan apabila terdapat pohon dengan akar-akar yang sangat kuat dan sulit untuk dipotong dengan kapak.<br />
Inilah yang mereka lakukan, dengan tujuannya supaya pohon itu mati.<br />
<br />
Caranya adalah, beberapa penduduk yang lebih kuat dan berani akan memanjat hingga ke atas pohon itu. Lalu, ketika sampai di atas pohon itu bersama dengan penduduk yang ada di bawah pohon, mereka akan berteriak sekuat-kuatnya kepada pohon itu. Mereka lakukan teriakan berjam-jam, selama kurang lebih empat puluh hari. Dan, apa yang terjadi sungguh menakjubkan. Pohon yang diteriaki itu perlahan-lahan daunnya <span class="fullpost"> mulai mengering. Setelah itu dahan-dahannya juga mulai rontok dan perlahan-lahan pohon itu akan mati dan mudah ditumbangkan. Wow......<br />
<br />
Kalau diperhatikan apa yang dilakukan oleh penduduk primitif ini sungguhlah aneh. Namun kita bisa belajar satu hal dari mereka. Mereka telah membuktikan bahwa teriakan-teriakan yang dilakukan terhadap mahkluk hidup seperti pohon akan menyebabkan benda tersebut kehilangan rohnya. Akibatnya, dalam waktu singkat, makhluk hidup itu akan mati.<br />
<br />
Nah, sekarang, Yang jelas dan perlu diingat bahwa setiap kali Anda berteriak kepada mahkluk hidup tertentu maka berarti Anda sedang mematikan rohnya.<br />
<br />
Pernahkah Anda berteriak pada anak Anda? orang dikeliling anda atau siapapun?<br />
<br />
Ayo cepat !<br />
Dasar lelet !<br />
Bego banget sih ! Begitu aja nggak bisa dikerjakan ?<br />
Jangan main-main disini !<br />
Berisik !<br />
<br />
Atau, mungkin Anda pun berteriak balik kepada pasangan hidup Anda karena Anda merasa sakit hati ?<br />
<br />
suami/istri seperti kamu nggak tahu diri !<br />
Bodoh banget jadi laki/bini nggak bisa apa-apa !<br />
Aduuuuh, perempuan / laki kampungan banget sih !?<br />
<br />
Atau, bisa seorang guru berteriak pada anak didiknya :<br />
<br />
Goblok, soal mudah begitu aja nggak bisa ! Kapan kamu jadi pinter ?!<br />
<br />
...<br />
<br />
Sahabat, Ingatlah! Setiap kali Anda berteriak pada seseorang karena merasa jengkel, marah, terhina, terluka ingatlah dengan apa yang diajarkan oleh penduduk kepulauan Solomon ini. Mereka mengajari kita bahwa setiap kali kita mulai berteriak, kita mulai mematikan roh pada orang yang kita cintai. Kita juga mematikan roh yang mempertautkan hubungan kita. Teriakan-teriakan, yang kita keluarkan karena emosi-emosi kita perlahan -lahan, pada akhirnya akan membunuh roh yang telah melekatkan hubungan anda.<br />
<br />
<br />
Dalam kehidupan sehari-hari. Teriakan, hanya di berikan tatkala kita bicara dengan orang yang jauh jaraknya, benar?<br />
<br />
Nah, mengapa orang yang marah dan emosional mengunakan teriakan-teriakan padahal jarak mereka dekat bahkan hanya bisa dihitung dalam centimeter. Mudah menjelaskannya. P<br />
<br />
ada realitanya, meskipun secara fisik dekat tapi sebenarnya hati begitu jauh. Itulah sebabnya mereka harus saling berteriak! Selain itu, dengan berteriak, tanpa sadar mereka pun mulai berusaha melukai serta mematikan roh orang yang dimarahi karena perasaan-perasaan dendam, benci atau kemarahan yang dimiliki. Kita berteriak karena kita ingin melukai, kita ingin membalas.<br />
<br />
Jadi mulai sekarang Jika tetap ingin roh pada orang yang anda sayangi tetap tumbuh, berkembang dan tidak mati, janganlah menggunakan teriakan-teriakan. Dengan berteriak kepada orang lain ada 2 kemungkinan balasan yang Anda akan terima. Anda akan dijauhi atau Anda akan mendapatkan teriakan balik, sebagai balasannya.<br />
<br />
Semoga Bermanfaat... Salam Motivasi...!<br />
<br />
(sumber : Catatan Rumah Yatim Indonesia) sy edit seperlunya... ^_^ </span>Vi3zahttp://www.blogger.com/profile/17729330991974343341noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5035275598592037033.post-87137370757670744602010-09-22T09:57:00.000+07:002010-09-22T09:57:12.222+07:00Cerita, "Penjual Ikan"Seseorang mulai berjualan ikan segar dipasar. Ia memasang papan pengumuman bertuliskan "Disini Jual Ikan Segar"<br />
<br />
Tidak lama kemudian datanglah seorang pengunjung yang menanyakan tentang tulisannya. "Mengapa kau tuliskan kata :DISINI ? Bukankah semua orang sudah tau kalau kau berjualan DISINI , bukan DISANA?"<br />
<br />
"Benar juga!" pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata "DISINI" dan tinggallah tulisan "JUAL IKAN SEGAR".<br />
<br />
Tidak lama kemudian datang pengunjung kedua yang juga menanyakan tulisannya.<br />
<br />
"Mengapa kau pakai kata SEGAR ? bukankah semua orang sudah tau kalau yang kau jual adalah ikan segar, bukan ikan busuk?"<br />
<br />
"Benar juga" pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata "SEGAR" dan<br />
tinggallah tulisan "JUAL IKAN"<br />
<span class="fullpost"><br />
Sesaat kemudian datanglah pengunjung ke tiga yang juga menanyakan<br />
tulisannya : "Mengapa kau tulis kata JUAL? Bukankah semua orang sudah tau kalau ikan ini untuk dijual, bukan dipamerkan?"<br />
<br />
Benar juga pikir si penjual ikan,, lalu dihapusnya kata JUAL dan tinggalah<br />
tulisan "IKAN"<br />
<br />
Selang beberapa waktu kemudian, datang pengunjung ke 4, yang juga menanyakan tulisannya : "Mengapa kau tulis kata IKAN?, bukankah semua orang sudah tau kalau ini Ikan bukan Daging?"<br />
<br />
"Benar juga" pikir si penjual ikan, lalu diturunkannya papan pengumuman itu.<br />
<br />
(Author Unknown)<br />
<br />
Sahabat, Bila kita ingin memuaskan semua orang, maka yakinlah itu hal yang mustahil.... atau bahkan kita malah justru merugikan diri sendiri<br />
<br />
Sudah menjadi fitrah manusia untuk berbeda pendapat. Terbukti perumahan mungil2 yang dulunya sama semua, dalam hitungan tahun sudah menjadi beda semua...<br />
<br />
Jadi utamakan suara hati anda... biarlah orang lain berpendapat..., tapi saringlah, cerna kembali pendapat mereka... apakah sesuai dengan kata hati anda?... jika tidak, maka tegaslah tuk mengatakan... "Tidak!... maaf" :)<br />
<br />
Trimakasih telah membaca... Salam Motivasi...!</span>Vi3zahttp://www.blogger.com/profile/17729330991974343341noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5035275598592037033.post-16678504513726580102010-09-17T10:18:00.001+07:002010-09-17T10:20:57.993+07:00Kisah seorang gadis menjajakan keperawanannya<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfNTSgGbkiqDzMTTSteJ-H6yCfRj_UL_SqpcApcBX8mpQM_dQRF85VN7UZjySp0VnrCG1byR3h1yGBUi4cjzIL5by-w_3a77MH8ea8mcg6gfERtE-WP_fUFWaXt6yKNX3jymhaLfMcgs0G/s1600/plan_portugal_lisbon_hotel_avenida_palace_main_lobby.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfNTSgGbkiqDzMTTSteJ-H6yCfRj_UL_SqpcApcBX8mpQM_dQRF85VN7UZjySp0VnrCG1byR3h1yGBUi4cjzIL5by-w_3a77MH8ea8mcg6gfERtE-WP_fUFWaXt6yKNX3jymhaLfMcgs0G/s320/plan_portugal_lisbon_hotel_avenida_palace_main_lobby.jpg" /></a></div>Wanita itu berjalan agak ragu memasuki <b>hotel berbintang lima</b> . Sang petugas satpam yang berdiri di samping pintu <b>hotel</b> menangkap kecurigaan pada wanita itu. Tapi dia hanya memandang saja dengan awas ke arah langkah wanita itu yang kemudian mengambil tempat duduk di lounge yang agak di pojok.<br />
<br />
Petugas satpam itu memperhatikan sekian lama, ada sesuatu yang harus dicurigainya terhadap wanita itu. Karena dua kali waiter mendatanginya tapi, wanita itu hanya menggelengkan kepala. Mejanya masih kosong. Tak ada yang dipesan. Lantas untuk apa wanita itu duduk seorang diri. Adakah seseorang yang sedang ditunggunya<br />
<br />
Petugas satpam itu mulai berpikir bahwa wanita itu bukanlah tipe wanita nakal yang biasa mencari mangsa di hotel ini. Usianya nampak belum terlalu dewasa. Tapi tak bisa dibilang anak-anak. Sekitar usia remaja yang tengah beranjak dewasa.<br />
<br />
Setelah sekian lama, akhirnya memaksa petugas satpam itu untuk mendekati meja wanita itu dan bertanya:<span class="fullpost"> <br />
<br />
” Maaf, nona … Apakah anda sedang menunggu seseorang? ”<br />
<br />
” Tidak! ” Jawab wanita itu sambil mengalihkan wajahnya ke tempat lain.<br />
<br />
” Lantas untuk apa anda duduk di sini?”<br />
<br />
” Apakah tidak boleh? ” Wanita itu mulai memandang ke arah sang petugas satpam..<br />
<br />
” Maaf, Nona. Ini tempat berkelas dan hanya diperuntukan bagi orang yang ingin menikmati layanan kami.”<br />
<br />
” Maksud, bapak? ”<br />
<br />
” Anda harus memesan sesuatu untuk bisa duduk disini ”<br />
<br />
” Nanti saya akan pesan setelah saya ada uang. Tapi sekarang, izinkanlah saya duduk di sini untuk sesuatu yang akan saya jual ” Kata wanita itu dengan suara lambat.<br />
<br />
” Jual? Apakah anda menjual sesuatu di sini? ”<br />
<br />
Petugas satpam itu memperhatikan wanita itu. Tak nampak ada barang yang akan dijual. Mungkin wanita ini adalah pramuniaga yang hanya membawa brosur.<br />
<br />
” Ok, lah. Apapun yang akan anda jual, ini bukanlah tempat untuk berjualan. Mohon mengerti. ”<br />
<br />
” Saya ingin menjual diri saya, ” Kata wanita itu dengan tegas sambil menatap dalam-dalam kearah petugas satpam itu.<br />
<br />
Petugas satpam itu terkesima sambil melihat ke kiri dan ke kanan.<br />
<br />
” Mari ikut saya, ” Kata petugas satpam itu memberikan isyarat dengan tangannya.<br />
<br />
Wanita itu menangkap sesuatu tindakan kooperativ karena ada secuil senyum di wajah petugas satpam itu. Tanpa ragu wanita itu melangkah mengikuti petugas satpam itu.<br />
<br />
Di koridor hotel itu terdapat kursi yang hanya untuk satu orang. Di sebelahnya ada telepon antar ruangan yang tersedia khusus bagi pengunjung yang ingin menghubungi penghuni kamar di hotel ini. Di tempat inilah deal berlangsung.<br />
<br />
” Apakah anda serius? ”<br />
<br />
” Saya serius ” Jawab wanita itu tegas.<br />
<br />
” Berapa tarif yang anda minta? ”<br />
<br />
” Setinggi-tingginya. .’ ‘<br />
<br />
” Mengapa?” Petugas satpam itu terkejut sambil menatap wanita itu.<br />
<br />
” Saya masih perawan ”<br />
<br />
” Perawan? ” Sekarang petugas satpam itu benar-benar terperanjat. Tapi wajahnya berseri. Peluang emas untuk mendapatkan rezeki berlebih hari ini..<br />
<br />
Pikirnya<br />
<br />
” Bagaimana saya tahu anda masih perawan?”<br />
<br />
” Gampang sekali. Semua pria dewasa tahu membedakan mana perawan dan mana bukan.. Ya kan …”<br />
<br />
” Kalau tidak terbukti? ”<br />
<br />
” Tidak usah bayar …”<br />
<br />
” Baiklah …” Petugas satpam itu menghela napas. Kemudian melirik ke kiri dan ke kanan.<br />
<br />
” Saya akan membantu mendapatkan pria kaya yang ingin membeli keperawanan anda. ”<br />
<br />
” Cobalah. ”<br />
<br />
” Berapa tarif yang diminta? ”<br />
<br />
” Setinggi-tingginya. ”<br />
<br />
” Berapa? ”<br />
<br />
” Setinggi-tingginya. Saya tidak tahu berapa? ”<br />
<br />
” Baiklah. Saya akan tawarkan kepada tamu hotel ini. Tunggu sebentar ya. ”<br />
<br />
Petugas satpam itu berlalu dari hadapan wanita itu.<br />
<br />
Tak berapa lama kemudian, petugas satpam itu datang lagi dengan wajah cerah.<br />
<br />
” Saya sudah dapatkan seorang penawar. Dia minta Rp. 5 juta. Bagaimana? ”<br />
<br />
” Tidak adakah yang lebih tinggi? ”<br />
<br />
” Ini termasuk yang tertinggi, ” Petugas satpam itu mencoba meyakinkan.<br />
<br />
” Saya ingin yang lebih tinggi…”<br />
<br />
” Baiklah. Tunggu disini …” Petugas satpam itu berlalu.<br />
<br />
Tak berapa lama petugas satpam itu datang lagi dengan wajah lebih berseri.<br />
<br />
” Saya dapatkan harga yang lebih tinggi. Rp. 6 juta rupiah. Bagaimana? ”<br />
<br />
” Tidak adakah yang lebih tinggi? ”<br />
<br />
” Nona, ini harga sangat pantas untuk anda. Cobalah bayangkan, bila anda diperkosa oleh pria, anda tidak akan mendapatkan apa apa. Atau andai perawan anda diambil oleh pacar anda, andapun tidak akan mendapatkan apa apa, kecuali janji. Dengan uang Rp. 6 juta anda akan menikmati layanan hotel berbintang untuk semalam dan keesokan paginya anda bisa melupakan semuanya dengan membawa uang banyak. Dan lagi, anda juga telah berbuat baik terhadap<br />
saya. Karena saya akan mendapatkan komisi dari transaksi ini dari tamu hotel. Adilkan. Kita sama-sama butuh … ”<br />
<br />
” Saya ingin tawaran tertinggi … ” Jawab wanita itu, tanpa peduli dengan celoteh petugas satpam itu.<br />
<br />
Petugas satpam itu terdiam. Namun tidak kehilangan semangat.<br />
<br />
” Baiklah, saya akan carikan tamu lainnya. Tapi sebaiknya anda ikut saya. Tolong kancing baju anda disingkapkan sedikit.<br />
Agar ada sesuatu yang memancing mata orang untuk membeli. ” Kata petugas satpam itu dengan agak kesal.<br />
<br />
Wanita itu tak peduli dengan saran petugas satpam itu tapi tetap mengikuti langkah petugas satpam itu memasuki lift.<br />
<br />
Pintu kamar hotel itu terbuka. Dari dalam nampak pria bermata sipit agak berumur tersenyum menatap mereka berdua.<br />
<br />
” Ini yang saya maksud, tuan. Apakah tuan berminat? ” Kata petugas satpam itu dengan sopan.<br />
<br />
Pria bermata sipit itu menatap dengan seksama ke sekujur tubuh wanita itu …<br />
<br />
” Berapa? ” Tanya pria itu kepada Wanita itu.<br />
<br />
” Setinggi-tingginya ” Jawab wanita itu dengan tegas.<br />
<br />
” Berapa harga tertinggi yang sudah ditawar orang? ” Kata pria itu kepada sang petugas satpam.<br />
<br />
” Rp.. 6 juta, tuan ”<br />
<br />
” Kalau begitu saya berani dengan harga Rp. 7 juta untuk semalam. ”<br />
<br />
Wanita itu terdiam.<br />
<br />
Petugas satpam itu memandang ke arah wanita itu dan berharap ada jawaban bagus dari wanita itu.<br />
<br />
” Bagaimana? ” tanya pria itu.<br />
<br />
”Saya ingin lebih tinggi lagi …” Kata wanita itu.<br />
<br />
Petugas satpam itu tersenyum kecut.<br />
<br />
” Bawa pergi wanita ini. ” Kata pria itu kepada petugas satpam sambil menutup pintu kamar dengan keras.<br />
<br />
” Nona, anda telah membuat saya kesal. Apakah anda benar benar ingin menjual? ”<br />
<br />
” Tentu! ”<br />
<br />
” Kalau begitu mengapa anda menolak harga tertinggi itu … ”<br />
<br />
” Saya minta yang lebih tinggi lagi …”<br />
<br />
Petugas satpam itu menghela napas panjang. Seakan menahan emosi. Dia pun tak ingin kesempatan ini hilang.<br />
<br />
Dicobanya untuk tetap membuat wanita itu merasa nyaman bersamanya.<br />
<br />
” Kalau begitu, kamu tunggu di tempat tadi saja, ya. Saya akan mencoba mencari penawar yang lainnya. ”<br />
<br />
Di lobi hotel, petugas satpam itu berusaha memandang satu per satu pria yang ada. Berusaha mencari langganan yang biasa memesan wanita melaluinya. Sudah sekian lama, tak ada yang nampak dikenalnya. Namun, tak begitu jauh dari hadapannya ada seorang pria yang sedang berbicara lewat telepon genggamnya.<br />
<br />
” Bukankah kemarin saya sudah kasih kamu uang 25 juta Rupiah.<br />
<br />
Apakah itu tidak cukup? ” Terdengar suara pria itu berbicara.<br />
<br />
Wajah pria itu nampak masam seketika<br />
<br />
” Datanglah kemari. Saya tunggu. Saya kangen kamu.<br />
<br />
Kan sudah seminggu lebih kita engga ketemu, ya sayang?! ”<br />
<br />
Kini petugas satpam itu tahu, bahwa pria itu sedang berbicara dengan wanita.<br />
<br />
Kemudian, dilihatnya, pria itu menutup teleponnya. Ada kekesalan di wajah pria itu.<br />
<br />
Dengan tenang, petugas satpam itu berkata kepada Pria itu: ” Pak, apakah anda butuh wanita … Huh ”<br />
<br />
Pria itu menatap sekilas kearah petugas satpam dan kemudian memalingkan wajahnya.<br />
<br />
” Ada wanita yang duduk disana, ” Petugas satpam itu menujuk kearah wanita tadi.<br />
<br />
Petugas satpam itu tak kehilangan akal untuk memanfaatkan peluang ini.<br />
<br />
“Dia masih perawan..”<br />
<br />
Pria itu mendekati petugas satpam itu.<br />
<br />
Wajah mereka hanya berjarak setengah meter. ” Benarkah itu? ”<br />
<br />
” Benar, pak. ”<br />
<br />
” Kalau begitu kenalkan saya dengan wanita itu … ”<br />
<br />
” Dengan senang hati. Tapi, pak …Wanita itu minta harga setinggi tingginya.”<br />
<br />
” Saya tidak peduli … ” Pria itu menjawab dengan tegas.<br />
<br />
Pria itu menyalami hangat wanita itu.<br />
<br />
” Bapak ini siap membayar berapapun yang kamu minta. Nah, sekarang seriuslah ….” Kata petugas satpam itu dengan nada kesal.<br />
<br />
” Mari kita bicara di kamar saja.” Kata pria itu sambil menyisipkan uang kepada petugas satpam itu.<br />
<br />
Wanita itu mengikuti pria itu menuju kamarnya.<br />
<br />
Di dalam kamar …<br />
<br />
” Beritahu berapa harga yang kamu minta? ”<br />
<br />
” Seharga untuk kesembuhan ibu saya dari penyakit ”<br />
<br />
” Maksud kamu? ”<br />
<br />
” Saya ingin menjual satu satunya harta dan kehormatan saya untuk kesembuhan ibu saya. Itulah cara saya berterima kasih …. ”<br />
<br />
” Hanya itu …”<br />
<br />
” Ya …! ”<br />
<br />
Pria itu memperhatikan wajah wanita itu. Nampak terlalu muda untuk menjual kehormatannya. Wanita ini tidak menjual cintanya. Tidak pula menjual penderitaannya. Tidak! Dia hanya ingin tampil sebagai petarung gagah berani di tengah kehidupan sosial yang tak lagi gratis. Pria ini sadar, bahwa di hadapannya ada sesuatu kehormatan yang tak ternilai. Melebihi dari kehormatan sebuah perawan bagi wanita. Yaitu keteguhan untuk sebuah pengorbanan tanpa ada rasa sesal. Wanta ini tidak melawan gelombang laut melainkan ikut kemana gelombang membawa dia pergi. Ada kepasrahan diatas keyakinan tak tertandingi. Bahwa kehormatan akan selalu bernilai dan dibeli oleh orang terhormat pula dengan cara-cara terhormat.<br />
<br />
” Siapa nama kamu? ”<br />
<br />
” Itu tidak penting. Sebutkanlah harga yang bisa bapak bayar … ” Kata wanita itu<br />
<br />
” Saya tak bisa menyebutkan harganya. Karena kamu bukanlah sesuatu yang pantas ditawar. ”<br />
<br />
”Kalau begitu, tidak ada kesepakatan! ”<br />
<br />
” Ada ! ” Kata pria itu seketika.<br />
<br />
” Sebutkan! ”<br />
<br />
” Saya membayar keberanianmu. Itulah yang dapat saya beli dari kamu. Terimalah uang ini. Jumlahnya lebih dari cukup untuk membawa ibumu ke rumah sakit.<br />
<br />
Dan sekarang pulanglah … ” Kata pria itu sambil menyerahkan uang dari dalam tas kerjanya.<br />
<br />
” Saya tidak mengerti …”<br />
<br />
” Selama ini saya selalu memanjakan istri simpanan saya. Dia menikmati semua pemberian saya tapi dia tak pernah berterima kasih. Selalu memeras. Sekali saya memberi maka selamanya dia selalu meminta. Tapi hari ini, saya bisa membeli rasa terima kasih dari seorang wanita yang gagah berani untuk berkorban bagi orang tuanya. Ini suatu kehormatan yang tak ada nilainya bila saya bisa membayar …”<br />
<br />
” Dan, apakah bapak ikhlas…? ”<br />
<br />
” Apakah uang itu kurang? ”<br />
<br />
” Lebih dari cukup, pak … ”<br />
<br />
” Sebelum kamu pergi, boleh saya bertanya satu hal? ”<br />
<br />
” Silahkan …”<br />
<br />
” Mengapa kamu begitu beraninya … ”<br />
<br />
” Siapa bilang saya berani. Saya takut pak …<br />
Tapi lebih dari seminggu saya berupaya mendapatkan cara untuk membawa ibu saya ke rumah sakit dan semuanya gagal.<br />
Ketika saya mengambil keputusan untuk menjual kehormatan saya maka itu bukanlah karena dorongan nafsu.<br />
Bukan pula pertimbangan akal saya yang `bodoh` … Saya hanya bersikap dan berbuat untuk sebuah keyakinan … ”<br />
<br />
” Keyakinan apa? ”<br />
<br />
” Jika kita ikhlas berkorban untuk ibu atau siapa saja, maka Tuhan lah yang akan menjaga kehormatan kita … ” Wanita itu kemudian melangkah keluar kamar.<br />
<br />
Sebelum sampai di pintu wanita itu berkata:<br />
<br />
” Lantas apa yang bapak dapat dari membeli ini … ”<br />
<br />
” Kesadaran… ”<br />
<br />
.. . .<br />
<br />
Di sebuah rumah di pemukiman kumuh. Seorang ibu yang sedang terbaring sakit dikejutkan oleh dekapan hangat anaknya.<br />
<br />
” Kamu sudah pulang, nak ”<br />
<br />
” Ya, bu … ”<br />
<br />
” Kemana saja kamu, nak … Huh”<br />
<br />
” Menjual sesuatu, bu … ”<br />
<br />
” Apa yang kamu jual?” Ibu itu menampakkan wajah keheranan. Tapi wanita muda itu hanya tersenyum …<br />
<br />
Hidup sebagai yatim lagi miskin terlalu sia-sia untuk diratapi di tengah kehidupan yang serba pongah ini. Di tengah situasi yang tak ada lagi yang<br />
gratis. Semua orang berdagang. Membeli dan menjual adalah keseharian yang tak bisa dielakan. Tapi Tuhan selalu memberi tanpa pamrih, tanpa perhitungan<br />
….<br />
<br />
” Kini saatnya ibu untuk berobat … ”<br />
<br />
Digendongnya ibunya dari pembaringan, sambil berkata: ” Tuhan telah membeli yang saya jual… ”.<br />
<br />
Taksi yang tadi ditumpanginya dari hotel masih setia menunggu di depan rumahnya. Dimasukannya ibunya ke dalam taksi dengan hati-hati dan berkata<br />
kepada supir taksi: ” Antar kami kerumah sakit …”<br />
Sumber: Kaskus.us</span>Vi3zahttp://www.blogger.com/profile/17729330991974343341noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5035275598592037033.post-34807100446374116372010-09-15T23:05:00.002+07:002010-09-15T23:05:58.457+07:00Cerita, "Frank Slazak" (Kisah Nyata)Semua dimulai dari impianku. Aku ingin menjadi astronot. Aku ingin terbang ke luar angkasa. Tetapi aku tidak memiliki sesuatu yang tepat. Aku tidak memiliki gelar. Dan aku bukan seorang pilot.<br />
<br />
Namun, sesuatu pun terjadilah. Gedung Putih mengumumkan mencari warga biasa untuk ikut dalam penerbangan 51-L pesawat ulang-alik Challanger. Dan warga itu adalah seorang guru. Aku warga biasa, dan aku seorang guru. Hari itu juga aku mengirimkan surat lamaran ke Washington. Setiap hari aku berlari ke kotak pos. Akhirnya datanglah amplop resmi berlogo NASA. Doaku terkabulkan. Aku lolos penyisihan pertama. Ini benar-benar terjadi padaku.<br />
<a name='more'></a>Selama beberapa minggu berikutnya, perwujudan impianku semakin dekat saat NASA mengadakan test fisik dan mental. Begitu test selesai, aku menunggu dan berdoa lagi. Aku tahu aku semakin dekat pada impianku. Beberapa waktu kemudian, aku menerima panggilan untuk mengikuti program latihan astronot khusus di Kennedy Space Center<br />
<br />
Dari 43.000 pelamar, kemudian 10.000 orang, dan kini aku menjadi bagian dari 100 orang yang berkumpul untuk penilaian akhir. Ada simulator, uji klaustrofobi , latihan ketangkasan , percobaan mabuk udara. Siapakah di antara kami yang bisa melewati ujian akhir ini ?<br />
<br />
Aku sangat yakin bahwa akulah yang akan terpilih. “ Tuhan, biarlah diriku yang terpilih karena itu adalah anugerah yang terbesar dalam hiduku!” , begitu aku berdoa. Lalu tibalah berita yang menghancurkan itu. NASA memilih orang lain yaitu Christina McAufliffe.<br />
<br />
Aku kalah. Impian hidupku hancur. Aku mengalami depresi. Rasa percaya diriku lenyap, dan amarah menggantikan kebahagiaanku. Aku mempertanyakan semuanya. Kenapa Tuhan? Kenapa bukan aku? Bagian diriku yang mana yang kurang? Mengapa aku diperlakukan kejam ?<br />
<br />
Aku berpaling pada ayahku. Dan katanya: “Semua terjadi karena suatu alasan.”<br />
<br />
Selasa, 28 Januari 1986, aku berkumpul bersama teman-teman untuk melihat peluncuran Challanger. Saat pesawat itu melewati menara landasan pacu, aku menantang impianku untuk terakhir kali. Tuhan, aku bersedia melakukan apa saja agar berada di dalam pesawat itu. Kenapa bukan aku? 73 detik kemudian, Tuhan menjawab semua pertanyaanku dan menghapus semua keraguanku saat Challanger meledak... dan menewaskan semua penumpang.<br />
<br />
Saat itulah aku menangis, dan perasaan kesal dan marah kepada Tuhan hilang…yang ada adalah perasaan yang sangat bahagia dan tersanjung…bahwa Tuhan benar-benar sayang kepada diriku.<br />
<br />
Aku teringat kata-kata ayahku: “Semua terjadi karena suatu alasan.” Aku tidak terpilih dalam penerbangan itu, walaupun aku sangat menginginkannya karena Tuhan memiliki alasan lain untuk kehadiranku di bumi ini. Aku memiliki misi lain dalam hidup. Aku tidak kalah; aku seorang pemenang….<br />
Aku menang karena aku telah kalah. Aku, Frank Slazak, masih hidup untuk bersyukur pada Tuhan karena tidak semua doaku dikabulkan.<br />
<br />
(Sumber : Anonymous)<br />
<br />
Sahabat,<br />
Tuhan mengabulkan doa kita dengan 3 cara:<br />
1. Apabila Tuhan mengatakan YA. Maka kita akan mendapatkan apa yang kita minta.<br />
2. Apabila Tuhan mengatakan TIDAK. Maka mungkin kita akan mendapatkan yang lain yang lebih sesuai untuk kita.<br />
3. Apabila Tuhan mengatakan TUNGGU. Maka mungkin kita akan mendapatkan yang terbaik sesuai dengan kehendakNYA.<br />
<br />
Sahabat, izinkan saya mengutip salah satu ayat dalam Al Quran :<br />
<br />
" Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS 2:216)<br />
<br />
Trimakasih telah membaca... Semoga Bermanfaat....Vi3zahttp://www.blogger.com/profile/17729330991974343341noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5035275598592037033.post-4558690049696484932010-09-07T12:05:00.000+07:002010-09-07T12:05:35.673+07:00cerita,"Bunga Bakung"Seorang anak sambil menangis kembali ke rumah. Ia menangis semakin keras ketika bertemu ibunya. Ia merasa segala usahanya tidak dihiraukan baik oleh guru maupun teman-teman kelasnya. Ia telah berusaha, namun seakan-akan usahanya tidak layak dihargai. Ia menjadi benci akan teman-temannya. Ia menjengkeli gurunya.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1OhkcXQMRuVFaNkDaq3v2fnWKMtDA7ovb-V2LScroWGdJhH5WIqe3tKXBkGn-wKcJW7nUALsrSievmQJF_o_Ueh9DK_naYSdaJJqVCP9p_dCy0ijNdds9BWGWgmAL2lqMmXna_4Aw1fs1/s1600/DSC1_0034.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1OhkcXQMRuVFaNkDaq3v2fnWKMtDA7ovb-V2LScroWGdJhH5WIqe3tKXBkGn-wKcJW7nUALsrSievmQJF_o_Ueh9DK_naYSdaJJqVCP9p_dCy0ijNdds9BWGWgmAL2lqMmXna_4Aw1fs1/s200/DSC1_0034.jpg" width="151" /></a></div><br />
Setelah mendengar keluhan anaknya, sang ibu bertanya: "Pernahkan engkau memperhatikan kembang bakung milik tetangga di lorong jalan ke rumah kita?"<br />
Anak itu menggelengkan kepala.<br />
<br />
"Bakung itu berkembang setiap pagi, dan di akhir hari kembang bakung tersebut akan layu dan mati. Namun sebelum mati, ia telah memberikan yang terbaik, ia telah memancarkan keindahannya." Anak itu berhenti<br />
menangis dan mendengarkan dengan penuh hati.<br />
<a name='more'></a><br />
"Setiap hari ia memberikan keindahan yang sama. Setiap hari ia memberikan keharuman yang sama walau kadang tak dihiraukan orang. Keindahannya tak pernah berkurang karena engkau tak pernah memperhatikannya. Ia tidak pernah bersedih bila tak diperhatikan orang, karena ia tahu bahwa dalam hidupnya ia cuman punya satu misi yakni memberikan keindahan." Anak itu pun memahami maksud ibunya.<br />
<br />
***<br />
<br />
Sahabat,,,mungkin tidak gampang untuk menunjukkan "keindahan" kita dikala sesuatu yang berada di sekitar kita adalah kebalikannya. Namun, bukankan Tuhan Maha Menyayangi sehingga kasih-Nya masih dapat terpancar di dunia ini walau kini penuh dengan kesesakan, keputusasaan, kerusakan,,,<br />
<br />
Dan Tuhan pun mencipta manusia dengan segala kekhasan sifat, sungguh sesuatu yang sia-sia jika selama hidup kita tak pernah memberikan "keindahan" layaknya bunga bakung itu. <br />
<br />
Sahabat, tetaplah "INDAH" walau dunia tak lagi ramah,,,<br />
<br />
Sahabat, tetaplah "BERMANFAAT" bagi siapapun, karena dengan siapa lagi kita hidup di Dunia....<br />
<br />
Sahabat, tetaplah tersenyum,,,,,,,,,,,,,,,,,,,<br />
<br />
SALAM MOTIVASI.Vi3zahttp://www.blogger.com/profile/17729330991974343341noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5035275598592037033.post-53286805720025641392010-08-18T22:32:00.000+07:002010-08-18T22:32:12.997+07:00Cerita, "Bocah 13 Tahun Menantang Hidup"Setiap hari sepulang sekolah pukul 13.30 WIB, Ali Ma’un (13 tahun), bocah asal Dusun Becok, Kecamatan Merakurak, Tuban, Jawa Timur, tak pernah punya cukup waktu untuk bermain. Selepas mengganti baju seragam, kalau ada sisa makanan, dia langsung makan siang. Jika tak ada sisa makanan, dia langsung memanggul linggis dan ganco (cangkul kecil) di pundak kirinya.<br />
<br />
Tangan kanannya menjinjing karung berisi peralatan seperti tatah, gergaji, dan peralatan besi lainya. Dengan kaki telanjang disertai beban seberat 12,5 kg, Ma’un menyusuri perbukitan gersang sejauh 5 km dari tempat tinggalnya menuju Dusun Karangrejo, lokasi bukit kapur milik PT Perhutani.<br />
<br />
Bekas galian batu kapur yang memantulkan sinar menyilaukan mata dan membakar kulit tak mengendurkan semangatnya. Debu yang bertebaran diterjang angin sudah akrab dengan dua lubang hidungnya. Dia terus giat menggergaji bongkahan batu kapur untuk dijadikan bata kumbung (batu bata yang terbuat dari bangkahan batu kapur). Meski semangatnya membara, Ma’un hanyalah anak yang masih bau kencur. Setiap dua pekan <span class="fullpost"> dia hanya mampu membuat 150 bata kumbung dan dijualnya kepada bandar seharga Rp 200/bata. Artinya, setiap dua pekan dia bisa mendapatkan uang Rp 30 ribu.<br />
<br />
Dia baru berhenti memeras keringatnya setelah adzan Maghrib berkumandang. Pekerjaan berat ini ditekuninya sejak kelas 2 SD. Risiko kecelakaan yang senantiasa menghantui, tak membuatnya surut. Di wilayah batu kapur tersebut kerap terjadi kecelakaan dan sudah puluhan nyawa melayang akibat longsoran bekas galian yang dibiarkan menganga. ”Bahayanya kalau musim hujan tiba, terowongan bekas galian mudah patah, padahal di bawahnya ada kegiatan memotong batu,” ungkap murid kelas dua SMP Nurul Huda, Tuban, itu.<br />
<br />
Memang baginya hidup adalah pilihan. Sedep, ibu angkat yang merawat dan membesarkan Ma’un, kini mulai sakit-sakitan. Perempuan berusia senja itu tak sanggup lagi berpanas-panas menjadi buruh tani di ladang gersang di perbukitan kapur milik tetangganya. ”Kasihan simbok (ibu), dia sudah membesarkanku. Aku khawatir simbok sakit, nanti aku tak punya siapa-siapa lagi. Aku tidak memilih risiko tapi ini adalah hidup yang harus aku jalani,” tutur Ma’un.<br />
<br />
Menurut dia, ibu angkatnya itu memang sudah lemah. Jangankan bekerja, untuk memasak pun sudah cukup berat untuk dilakukan Sedep. Sejak ibu angkatnya sakit-sakitan, kegiatan rutin Ma’un setiap selepas adzan Subuh adalah menyiapkan makanan ibu angkatnya itu, dan sekalian menyiapkan sarapan pagi sebelum berangkat sekolah. Tak hanya itu, dia juga mencucikan baju ibu angkatnya itu. Ma’un mengaku pernah melihat ibu angkatnya itu jatuh di dekat perapian saat hendak menanak nasi. Sejak itulah, dia tidak tega melihat ibu angkatnya bersusah payah menyiapkan makanan.<br />
<br />
Hidup tanpa orang tua kandung sudah diketahui sejak dirinya berumur 5 tahun. Cerita tersebut ia dapatkan dari Mbok Sedep. Bahkan duka dan deritanya saat masih di kandungan ibunya hingga masa kelahiranya sudah diketahui seluruh warga Dusun Becok. Sejak bayi dia sudah ikut Mbok Sedep. Karena itu, dia sudah menganggap ibu angkatnya itu sebagai ibu sendiri.<br />
<br />
Lantaran curahan kasih Mbok Sedep, Ma’un bisa selamat dan hidup normal tanpa harus kekurangan gizi, meski dirinya kecewa dengan kedua orang tuanya karena belum pernah menemuinya. Ma’un juga tak tahu ke mana rimbanya orang tua yang telah melahirkannya itu.<br />
<br />
”Setelah aku lahir, belum genap lima hari, ibuku sudah pergi entah ke mana, sampai sekarang aku hanya hidup berdua dengan simbok. Menurut simbok ibu kandungku sekarang di Flores, namanya Cholisah. Kalau bapak aku nggak tahu sama sekali,” ungkap Ma’un menirukan cerita Mbok Sedep. Meski harus menjalani kehidupan yang sangat menantang, dan akrab dengan kemiskinan, Ma’un tetap bersemangat melanjutkan sekolah hingga SMP. Jika dibanding teman-teman sebayanya yang mampu secara ekonomi, prestasi bocah kerempeng itu patut diacungi jempol.<br />
<br />
”Prestasi Ma’un patut dibanggakan, jika dibanding dengan beban hidup yang harus ditanggungnya. Dia meraih peringkat pertama di seluruh kelas 2 di sini,” kata Rahmat Basuki, salah satu pengajar di SMP Nurul Huda, Desa Tegalrejo. Untunglah, beban hidup Ma’un ini dimengerti oleh yayasan pengelola sekolah tersebut. Seluruh biaya pendidikan digratiskan oleh sekolah milik Yayasan Nurul Huda tersebut.<br />
<br />
Yayasan tersebut memang menggratiskan pendidikan bagi murid-murid yang berasal dari keluarga kurang mampu. Meski begitu, masyarakat setempat belum begitu menyadari akan pentingnya pendidikan. ”Impitan ekonomi menjadi persoalan utama, mereka lebih memilih anaknya untuk membantu bekerja daripada sekolah meskipun tanpa biaya,” ujar Thohirin, ketua Yayasan Nurul Huda.<br />
<br />
-o00o-<br />
<br />
Bagaimana dengan kehidupan kita saat ini...???<br />
Masihkah kita kan selalu mengeluh dengan segala ujian yang Allah berikan...???<br />
Mengapa...???</span>Vi3zahttp://www.blogger.com/profile/17729330991974343341noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5035275598592037033.post-64036053278744882412010-08-10T15:16:00.000+07:002010-08-10T15:16:27.230+07:00Cerita, 'Aku Miskin"<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBB9J9pf8Ouhq8ySNkldC4D9uEjGxu7VvKQ7a4pXamjtNFEUryPns328alRu4PSYoG0368V7CkEyzza5qDaAnYNwhb_fxHlfoQFglSImRJa3Yu6YSu70HGwafHkBkEBrgjlEPyGnMpZMqU/s1600/zsungai.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="149" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBB9J9pf8Ouhq8ySNkldC4D9uEjGxu7VvKQ7a4pXamjtNFEUryPns328alRu4PSYoG0368V7CkEyzza5qDaAnYNwhb_fxHlfoQFglSImRJa3Yu6YSu70HGwafHkBkEBrgjlEPyGnMpZMqU/s200/zsungai.jpg" width="200" /></a></div>Suatu hari, seorang ayah dari keluarga yang sangat kaya membawa anaknya bepergian ke suatu daerah yang sebagian besar penduduknya hidup dari hasil pertanian. Ia bermaksud untuk mengajarkan bagaimana kehidupan yang selama ini mereka kenyam dengan membandingkan kehidupan orang-orang yang miskin. Mereka menghabiskan waktu berhari-hari di sebuah tanah pertanian milik keluarga yang terlihat sangat miskin.<br />
<br />
Sepulang dari perjalanan tersebut, sang Ayah bertanya kepada anaknya, "Bagaimana perjalanan tadi?"<br />
<br />
"Sungguh luar biasa, Pa." Jawab si Anak yang masih terkesan.<br />
<br />
"Kamu lihat kan bagaimana kehidupan mereka yang miskin?" tanya sang<br />
Ayah.<br />
<br />
"Iya Pa," jawabnya.<br />
<span class="fullpost"><br />
"Jadi, apa yang dapat kamu pelajari dari perjalanan ini?" tanya Ayahnya lagi.<br />
<br />
Si Anak menjawab, "Saya melihat kenyataan bahwa kita mempunyai seekor anjing, sedangkan mereka memiliki empat ekor. Kita punya sebuah kolam yang panjangnya hanya sampai ke tengah-tengah taman, sedangkan mereka memiliki sungai yang tak terhingga panjangnya. Kita memasang lampu taman yang dibeli dari luar negeri, sedangkan mereka memiliki bintang-bintang di langit untuk menerangi taman mereka. Beranda rumah kita lebarnya hanya mencapai halaman depan, sedangkan milik mereka seluas horison. Kita tinggal dan hidup di tanah yang sempit, sedangkan mereka mempunyai tanah sejauh mata memandang. Setiap kebutuhan kita hanya mampu dilayani pelayan yang kita miliki, tetapi mereka mampu melayani diri mereka sendiri. Kita membeli makanan yang akan kita makan, tetapi mereka bisa menanam sendiri. Kita mempunyai dinding indah yang melindungi diri kita dan mereka memiliki teman-teman untuk menjaga kehidupan mereka."<br />
<br />
Mendengar cerita tersebut, sang Ayah tersenyum dan memandang wajah anaknya.<br />
<br />
Kemudian si Anak melanjutkan, "Terima kasih Pa, akhirnya aku tahu betapa miskinnya diri kita."<br />
<br />
Sahabat, terkadang kekurangan yang dimiliki seseorang merupakan anugrah bagi orang lain. Terlalu sering kita melupakan apa yang kita miliki dan hanya berkonsentrasi terhadap apa yang tidak kita miliki. Semua kembali pada perspektif secara pribadi.<br />
<br />
Pikirkanlah apa yang akan terjadi jika kita semua bersyukur kepada Tuhan atas anugrah yang telah disediakan oleh-Nya bagi kita daripada kuatir untuk meminta lebih lagi.<br />
(Author : Agustian Husin)</span>Vi3zahttp://www.blogger.com/profile/17729330991974343341noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5035275598592037033.post-54826886548263861162010-08-06T16:56:00.000+07:002010-08-06T16:56:52.794+07:00Cerita, "UNTA"<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQr9fEvKRiskN4gd-Q0kawTDiEkqQCM3Av1vZmBJATboYDWtkPcxBHXIhzGNerbHLI87wyElt7obAMqYh5dPcvxqNAtfzq67L3HNqj9pkuhOtqUBeM0BZp-xLLOqxqi3_8kVkOHLuqyYo0/s1600/untas.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQr9fEvKRiskN4gd-Q0kawTDiEkqQCM3Av1vZmBJATboYDWtkPcxBHXIhzGNerbHLI87wyElt7obAMqYh5dPcvxqNAtfzq67L3HNqj9pkuhOtqUBeM0BZp-xLLOqxqi3_8kVkOHLuqyYo0/s200/untas.jpg" width="162" /></a></div>Percakapan seekor unta muda dengan induknya.<br />
<br />
“Ibu, boleh aku bertanya sesuatu”, sang anak berkata.<br />
<br />
“Ya, anakku apakah ada yang mengganggu pikiranmu?”, sang induk menjawab.<br />
<br />
“Mengapa kita punya punuk, sementara gajah, rusa tidak?”, sang anak memandang induknya.<br />
<br />
“Kita adalah binatang padang gurun, dan punuk ini digunakan untuk menyimpan air. Kita dikenal sebagai hewan yang dapat bertahan tanpa air”, induknya menjelaskan dengan sabar.<br />
<br />
“Lalu mengapa kaki kita panjang dan bulat?”, anaknya bertanya lagi.<br />
<br />
“Anakku, sudah jelas itu kita gunakan untuk dapat berjalan di padang pasir lebih baik dan lebih cepat dari pada yang lainnya”, induknya berusaha sabar terhadap anaknya.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
“OK. Terus mengapa kita punya alis mata yang panjang?”, tanya anaknya lagi.<br />
<br />
“Alis ini”, sambil menjilat alis mata anaknya, “kau gunakan untuk melindungi mata dari butiran pasir yang beterbangan di padang gurun”, sang induk mulai kewalahan dengan pertanyaan anaknya. Lalu menjelaskannya sekali lagi.<br />
<br />
“Jadi, punuk ini digunakan untuk menyimpan air ketika kita di padang pasir, kaki ini untuk berjalan di atas pasir, dan alis mata ini untuk melindungi mata kita dari butiran pasir….”<br />
<br />
“Satu pertanyaan lagi, ibu”, anaknya menyela kata-kata indukknya.<br />
<br />
“Ya, anakku!”<br />
<br />
“Lalu mengapa kita berada di kebun binatang ini? Apa yang kita lakukan disini? Untuk apa semua yang kita miliki ini, kalau kita tidak berada di padang gurun?”, anaknya menunggu jawaban dari induknya.<br />
<br />
(Posting by : Swans Liang Faith alias Bao Yuan)<br />
<br />
Sahabat, Apa yang kita miliki tidak akan banyak manfaatnya kalau memang kita tidak membutuhkannya. Keinginan dan kebutuhan seringkali jauh berbeda. Dahulukan kebutuhan kita. Seringkali kita melewatkan hal-hal yang kita butuhkan, karena kita mengejar hal-hal yang kita inginkan. <br />
<br />
Segala keahlian, kemampuan, materi, pengalaman yang kita miliki akan berguna saat kita memang membutuhkannya di tempat kita berada sekarang. Apakah yang Anda miliki sekarang sudah tepat dengan tempat Anda berada sekarang?<br />
<br />
Hmm... semoga bermanfaat.... SALAM MOTIVASI...!Vi3zahttp://www.blogger.com/profile/17729330991974343341noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5035275598592037033.post-62920294348955219282010-07-31T11:53:00.000+07:002010-07-31T11:53:53.082+07:00"Bosan"<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisNaUqcsRwEBZG_GugnmaWqNAQa6eUK7C7l4AaJdYU344WikC6Mm1JHTRwPWbMPQmSdydZ6j74bdJEVE-A6-9qYutLLiIUH8DLAvm1MR-_HgbW0Ea1TinKViTkhqhMyHyICK3tl9UZ3Chi/s1600/bosan-1.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisNaUqcsRwEBZG_GugnmaWqNAQa6eUK7C7l4AaJdYU344WikC6Mm1JHTRwPWbMPQmSdydZ6j74bdJEVE-A6-9qYutLLiIUH8DLAvm1MR-_HgbW0Ea1TinKViTkhqhMyHyICK3tl9UZ3Chi/s200/bosan-1.jpg" width="200" /></a></div>Seorang tua yang bijak ditanya oleh tamunya.<br />
<br />
Tamu : "Sebenarnya apa itu perasaan 'bosan', Pak Tua?"<br />
<br />
Pak Tua : "Bosan adalah keadaan di mana pikiran menginginkan perubahan, mendambakan sesuatu yang baru, dan menginginkan berhentinya rutinitas hidup dan keadaan yang monoton dari waktu ke waktu."<br />
<br />
Tamu : "Kenapa kita merasa bosan?"<br />
<span class="fullpost"><br />
Pak Tua : "Karena kita tidak pernah merasa puas dengan apa yang kita miliki."<br />
<br />
Tamu : "Bagaimana menghilangkan kebosanan?"<br />
<br />
Pak Tua : "Hanya ada satu cara, nikmatilah kebosanan itu, maka kita pun akan terbebas darinya."<br />
<br />
Tamu : "Bagaimana mungkin bisa menikmati kebosanan?"<br />
<br />
Pak Tua: "Bertanyalah pada dirimu sendiri: mengapa kamu tidak pernah bosan makan nasi yang sama rasanya setiap hari?"<br />
<br />
Tamu : "Karena kita makan nasi dengan lauk dan sayur yang berbeda, Pak Tua."<br />
<br />
Pak Tua : "Benar sekali, anakku, tambahkan sesuatu yang baru dalam rutinitasmu maka kebosanan pun akan hilang."<br />
<br />
Tamu: "Bagaimana menambahkan hal baru dalam rutinitas?"<br />
<br />
Pak Tua : "Ubahlah caramu melakukan rutinitas itu. Kalau biasanya menulis sambil duduk, cobalah menulis sambil jongkok atau berbaring. Kalau biasanya membaca di kursi, cobalah membaca sambil berjalan-jalan atau meloncat-loncat. Kalau biasanya menelpon dengan tangan kanan, cobalah dengan tangan kiri atau dengan kaki kalau bisa. Dan seterusnya."<br />
<br />
Lalu Tamu itu pun pergi.<br />
<br />
Beberapa hari kemudian Tamu itu mengunjungi Pak Tua lagi.<br />
<br />
Tamu : "Pak tua, saya sudah melakukan apa yang Anda sarankan, kenapa saya masih merasa bosan juga?"<br />
<br />
Pak Tua : "Coba lakukan sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan."<br />
<br />
Tamu : "Contohnya? "<br />
<br />
Pak Tua : "Mainkan permainan yang paling kamu senangi di waktu kecil dulu."<br />
<br />
Lalu Tamu itu pun pergi.<br />
<br />
Beberapa minggu kemudian, Tamu itu datang lagi ke rumah Pak Tua.<br />
<br />
Tamu : "Pak tua, saya melakukan apa yang Anda sarankan. Di setiap waktu senggang saya bermain sepuas-puasnya semua permainan anak-anak yang saya senangi dulu. Dan keajaibanpun terjadi. Sampai sekarang saya tidak pernah merasa bosan lagi, meskipun di saat saya melakukan hal-hal yang dulu pernah saya anggap membosankan. Kenapa bisa demikian, Pak Tua?"<br />
<br />
Sambil tersenyum Pak Tua berkata: "Karena segala sesuatu sebenarnya berasal dari pikiranmu sendiri, anakku. Kebosanan itu pun berasal dari pikiranmu yang berpikir tentang kebosanan. Saya menyuruhmu bermain seperti anak kecil agar pikiranmu menjadi ceria. Sekarang kamu tidak merasa bosan lagi karena pikiranmu tentang keceriaan berhasil mengalahkan pikiranmu tentang kebosanan. Segala sesuatu berasal dari pikiran. Berpikir bosan menyebabkan kau bosan. Berpikir ceria menjadikan kamu ceria."<br />
(Sumber : Gemintang.com)</span>Vi3zahttp://www.blogger.com/profile/17729330991974343341noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5035275598592037033.post-89699841886562875792010-07-24T15:02:00.000+07:002010-07-24T15:02:41.124+07:00"Koin Penyok"<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMTDPb2B-6beHFQKIW09wXHne2Zs4eFA8DpKHkAVKo1fHQP-4lQT_HzHUq0jUHDywwafxIgPR03o-XHsn0N-vqWGZ-IOsVQE4NrIlzzeLvh9-WJUn4Gngh_AgYEdrBEfNGl5pGQxrBhzhE/s1600/th_SebuahKoinPenyok.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMTDPb2B-6beHFQKIW09wXHne2Zs4eFA8DpKHkAVKo1fHQP-4lQT_HzHUq0jUHDywwafxIgPR03o-XHsn0N-vqWGZ-IOsVQE4NrIlzzeLvh9-WJUn4Gngh_AgYEdrBEfNGl5pGQxrBhzhE/s200/th_SebuahKoinPenyok.jpg" width="200" /></a></div>Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi finansial keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok keluarganya sandang dan pangan.<br />
<br />
Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marah karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. <span class="fullpost"> Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan pekerjaan.<br />
Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya terantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya.<br />
<br />
“Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok,” gerutunya kecewa. Meskipun begitu ia membawa koin itu ke sebuah bank.<br />
<br />
“Sebaiknya koin in Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno,” kata teller itu memberi saran. Lelaki itu pun mengikuti anjuran si Teller, membawa koinnya ke kolektor. Beruntung sekali, si Kolektor menghargai koin itu senilai 30 dollar.<br />
<br />
Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untuk istrinya karena istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpan jambangan dan stoples. Sesudah membeli kayu seharga 30 dollar, dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang.<br />
<br />
Di tengah perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Mata pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu. Kayunya indah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal. Kebetulan pada waktu itu ada pesanan mebel. Dia menawarkan uang sejumlah 100 dollar kepada lelaki itu. Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu meyakinkannya dan dapat menawarkannya mebel yang sudah jadi agar dipilih lelaki itu. Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai istrinya. Dia menukar kayu tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang.<br />
<br />
Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawar dengan harga 200 dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itupun setuju. Kemudian mengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang.<br />
<br />
Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Pada saat itu seorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur.<br />
<br />
Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya berkata, “Apa yang terjadi? Engkau baik saja kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi?”<br />
Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, “Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi”.<br />
<br />
(adaptasi dari The Healing Stories karya GW Burns.)<br />
~~~<br />
Sahabat, Bila Kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan? pahamilah makna "Innalillahi, wainna ilaihi roji'un.." : Sesungguhnya kita ini milik Allah, dan sesungguhnya kepada-Nyalah kita kembali...<br />
<br />
Ya, semuanya hanya titipan... dan saya yakin, keluhan-keluhan dan ratapan-ratapan yang berlebihan kita, tidak akan mengembalikan milik kita yang telah hilang...., jadi bersedihlah secukupnya, dan ikhlaskan... Hak-Nya untuk menarik kembali, sesuatu yang telah Ia titipkan kepada kita...</span>Vi3zahttp://www.blogger.com/profile/17729330991974343341noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5035275598592037033.post-26811086638524359872010-07-17T22:29:00.000+07:002010-07-17T22:29:08.920+07:00"Sebuah Ketulusan"Alkisah di sebuah rumah mewah yang terletak dipinggiran sebuah kota, hiduplah sepasang suami istri. Dari sekilas orang yang memandang, mereka adalah pasangan yang sangat harmonis. Para tetangganya pun tahu bagaimana usaha mereka dalam meraih kehidupan mapan yang seperti saat ini. Sayang, pasangan itu belum lengkap. Dalam kurun waktu sepuluh tahun pernikahan mereka, pasangan itu belum juga dikaruniai seorang anak pun yang mereka harapkan.<br />
<br />
Karenanya walaupun masih saling mencinta, si suami berkeinginan menceraikan istrinya karena dianggap tak mampu memberikan keturunan sebagai penerus generasinya. Setelah melalui perdebatan sengit, dengan sedih dan duka yang mendalam, si istri akhirnya menyerah pada keputusan suaminya untuk tetap bercerai.<br />
<span class="fullpost"><br />
Dengan perasaan tidak menentu, suami istri itu menyampaikan rencana perceraian kepada orang tua mereka. Meskipun orang tua mereka tidak setuju, tapi tampaknya keputusan bulat sudah diambil si suami. Setelah berbincang-bincang cukup lama dan alot, kedua orang tua pasangan itu dengan berat hati menyetujui perceraian tersebut. Tetapi, mereka mengajukan syarat, yakni agar perceraian pasangan suami istri itu diselenggarakan dalam sebuah sebuah pesta yang sama besarnya seperti pesta saat mereka menikah dulu.<br />
<br />
Agar tidak mengecewakan kedua orang tuanya, maka persyaratan mengadakan pesta perceraian itu pun disetujui. Beberapa hari kemudian, pesta diselenggarakan. Sungguh, itu merupakan pesta yang tidak membahagiakan bagi siapa saja yang hadir dalam pesta itu. Si suami tampak tertekan dan terus meminum arak sampai mabuk dan sempoyongan. Sementara sang istri tampak terus melamun dan sesekali mengusap air matanya di pipinya. Di sela mabuknya si suami berkata lantang, “Istriku, saat kau pergi nanti. semua barang berharga atau apapun yang kamu suka dan kamu sayangi, Ambillah dan Bawalah !!“. Setelah berkata seperti itu, tak lama kemudian ia semakin mabuk dan akhirnya tak sadarkan diri.<br />
<br />
Keesokan harinya, setelah pesta usai, si suami terbangun dari tidur dengan kepala berdenyut-denyut. Dia merasa tidak mengenali keadaan disekelilingnya selain sosok yang sudah dikenalnya bertahun-tahun yaitu sang istri yang ia cintai. Maka, dia pun bertanya “Ada dimanakah aku ? Kenapa ini bukan di kamar kita ? Apakah aku masih mabuk dan bermimpi ? tolong jelaskan.”<br />
<br />
Si istri menatap penuh cinta pada suaminya dengan mata berkaca-kaca dan menjawab, “Suamiku, ini karena dirumah orang tuaku. Kemaren kau bilang didepan semua orang bahwa engkau berkata kepadaku, bahwa aku boleh membawa apa saja yang aku mau dan aku sayangi. Di dunia ini tidak ada satu barang yang berharga dan aku cintai dengan sepenuh hati selain kamu. Karena itu kamu sekarang kubawa serta ke rumah orang tuaku. Ingat, kamu sudah berjanji dalam pesta itu.”<br />
<br />
Dengan perasaan terkejut setelah sesaat tersadar, si suami bangun dan memeluk istrinya, “Maafkan aku Istriku, aku sungguh bodoh dan tidak menyadari bahwa dalamnya cintamu padaku. Walaupun aku telah menyakitimu, dan berniat menceraikanmu, tetapi engkau masih mau membawa serta diriku bersamamu dalam keadaan apapun“.<br />
<br />
Akhirnya kedua suami istri ini ini berpelukan dan saling bertangisan. Mereka akhirnya mengikat janji akan tetap saling mencintai hingga ajal memisahkannya<br />
<br />
(author : Hareem Musasi)<br />
<br />
Hmm... ketulusan cinta....</span>Vi3zahttp://www.blogger.com/profile/17729330991974343341noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5035275598592037033.post-59354378752240327702010-07-14T23:57:00.000+07:002010-07-14T23:57:53.735+07:00Cerita, "Secangkir Teh Pembawa Sial""Renungan : 90 % vs 10 %"<br />
<br />
Assalamu'alaikum<br />
Sahabat, mungkin hal-hal ini pernah atau sering terjadi dalam kehidupan kita. Seperti kisah berikut ini.<br />
<br />
Cerita, "Secangkir teh pembawa sial"<br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLHAxwuJww4g8NAySW5RTdXDWXJw9kkcSgNoJH8E47zRKpVlfqkGW-FCCL82HH1ZTRRxdwczJm9JBojpEjSt4uOGIju_qy89qqehhZy93v4NJMxjjMIdg2F5GBsYR8SpmQZnxrwzap4fsq/s1600/cup-of-tea.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLHAxwuJww4g8NAySW5RTdXDWXJw9kkcSgNoJH8E47zRKpVlfqkGW-FCCL82HH1ZTRRxdwczJm9JBojpEjSt4uOGIju_qy89qqehhZy93v4NJMxjjMIdg2F5GBsYR8SpmQZnxrwzap4fsq/s320/cup-of-tea.jpg" width="200" /></a>Tak seperti biasa sebut saja Budi (bukan nama sebenarnya) memulai harinya dengan wajah yang lesu. Semalam ia harus menyelesaikan tugas matakuliah karena memang esok adalah hari terakhir mengumpulkannya. Raut lesu dan sayup terlihat jelas karena baru jam 3 pagi ia baru bisa terlelap.Padahal jadwal kuliah dimulai pukul delapan pagi.<br />
<br />
Pagi itu, sang ibu yang memaksa Budi untuk bangun dan tak lupa ibunya menyiapkan sarapan ala kadarnya untuk keluarga. Menjadi kebiasaan dikala pagi, <span class="fullpost"> Budi sekeluarga sarapan bersama.<br />
<br />
Namun, tak disangka pagi itu, saat sarapan, adik perempuannya menumpahkan secangkir teh tepat disamping Budi. Tak pelak Budi terhenyak, dan segala umpatan dan emosi keluar dari mulut Budi. Akibatnya sang adik pun menangis dan menyebabkan ketinggalan naik bis sekolah. Budi pun terpaksa harus mengantar adiknya karena jarak sekolahnya cukup jauh.<br />
<br />
Kegiatan yang semula direncanakan mulai berantakan. Budi pun harus merelakan waktunya untuk mengantarkan adik. Di jalan ia memacu laju kendaraannya begitu cepat dan berbahaya.Namun sayang, jam sekolah telah dimulai dan adiknya pun dianggap telat oleh gurunya.<br />
<br />
Hari itu menjadi hari terburuk Budi. Berawal dari teh yang tumpah,seakan-akan menjadi kutukan dalam kejadian-kejadian berikutnya. Sang adik telat, ia pun juga. Bahkan yang lebih parah, Budi kena tilang karena menerobos lampu lalulintas dan mengendarai motor melampaui batas kecepatan.<br />
"kalau tau begini, tadi gak usah sarapan saja,," begitulah ungkapan sesal Budi.<br />
<br />
***<br />
Sahabat, apa yang telah terjadi diatas, atau mungkin dengan versi yang berbeda dengan apa yang kita alami sehari-hari adalah wujud dari ketidaksempurnaan kita untuk menguasai apa yang/akan kita lakukan.<br />
Sahabat, bukanlah salah karena Budi ditakdirkan menerima tumpahan teh dari adiknya namun reaksi setelah itu yang menjadi penentu kenapa Budi bernasib buruk.<br />
<br />
"10% kehidupan dibuat oleh hal-hal yang terjadi terhadap kita." <br />
"90% kehidupan ditentukan oleh bagaimana kita bereaksi/memberi respon."<br />
<br />
Kita sungguh-sungguh tidak dapat mengontrol 10% kejadian-kejadian yang menimpa kita. Kita tidak dapat mencegah kerusakan mobil. Pesawat mungkin terlambat, dan mengacaukan seluruh jadwal kita. Seorang supir mungkin menyalip kita di tengah kemacetan lalu-lintas. dan Kita tidak punya kontrol atas hal yang 10% ini. <br />
<br />
Namun yang 90% lagi berbeda. itu adalah reaksi kita. Kita tidak dapat mengontrol lampu merah, tapi dapat mengontrol reaksi kita. Kita tidak dapat mengontrol jatuhnya sebuah cangkir, namun kita dapat mengendalikan reaksi! kita! <br />
<br />
Kenapa Budi? <br />
Karena reaksinya pagi itu. <br />
Kenapa hari nya buruk? <br />
a) Karena secangkir teh yang tumpah? <br />
b) Kecerobohan adiknya? <br />
c) Polisi yang menilang? <br />
d) Karena dirinya sendiri? <br />
Jawaban-nya adalah D. <br />
<br />
Budi tidak dapat mengendalikan tumpahnya teh itu. Namun bagaimana reaksi-nya 5 detik kemudian itu, yang menyebabkan harinya menjadi buruk. Ini yang mungkin terjadi jika ia bereaksi dengan cara yang berbeda. <br />
<br />
Teh tumpah di kemejanya. Adiknya sudah siap menangis. namun ia bisa dengan Lembut berkata : "Tidak apa-apa sayang/adik, lain kali kamu lebih hati-hati ya". <br />
<br />
Budi pergi mengganti kemeja dengan tenang dan melihat sang adik sedang naik ke dalam bus sekolah. Budi dapat tiba di kampus 5 menit lebih awal karena tidak perlu berurusan dengan polisi, dan dengan riang Menyalami para kawan.. <br />
<br />
Lihat perbedaannya. Dua skenario yang berbeda. Keduanya dimulai dari hal yang sama, tapi berakhir dengan hal yang berbeda. <br />
<br />
Kenapa? <br />
Karena REAKSI kita. Sungguh kita tidak dapat mengontrol 10% hal-hal yang terjadi.Tapi yang 90% lagi ditentukan oleh reaksi kita. <br />
<br />
Terima kasih telah membaca dan semoga reaksi kita bisa lebih baik dalam menyikapi hal-hal diluar kehendak dan keinginan kita. Ingat Tuhan punya rencana indah buat hamba-hambaNya,namun IA pun berhak menilai seberapa jauh hambanya yang bertakwa...<br />
<br />
SALAM MOTIVASI...</span>Vi3zahttp://www.blogger.com/profile/17729330991974343341noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5035275598592037033.post-5508991031203678392010-07-13T22:19:00.000+07:002010-07-13T22:19:43.069+07:00Cerita, "Sebuah Baut Kecil"<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiW2eUwxhLixUDFZ-dlIWPq1f4B4hUAkN0NT-dx4I4BAbkJ6NSJADaO2KogeGfMxndjVYD31Eab32NdpGnKkd9eAqfvvS8G6SfPNXiowySzezqF5AdscB5Dh-sLi_Q_bEnb_-YmFGhuAwUL/s1600/baut.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiW2eUwxhLixUDFZ-dlIWPq1f4B4hUAkN0NT-dx4I4BAbkJ6NSJADaO2KogeGfMxndjVYD31Eab32NdpGnKkd9eAqfvvS8G6SfPNXiowySzezqF5AdscB5Dh-sLi_Q_bEnb_-YmFGhuAwUL/s200/baut.jpg" width="200" /></a></div>Sebuah baut kecil bersama ribuan baut seukurannya dipasang untuk menahan lempengan-lempengan baja di lambung sebuah kapal besar. Saat melintasi samudera Hindia yang ganas, baut kecil itu terancam lepas. Hal itu membuat ribuan baut lain terancam lepas pula.<br />
<br />
Baut-baut kecil lain berteriak menguatkan, “Awas! Berpeganglah erat-erat! Jika kamu lepas kami juga akan lepas!”<br />
<br />
Teriakan itu didengar oleh <span class="fullpost"> lempengan-lempengan baja yang membuat mereka menyerukan hal yang sama. Bahkan seluruh bagian kapal turut memberi dorongan semangat pada satu baut kecil itu untuk bertahan. Mereka mengingatkan bahwa baut kecil itu sangat penting bagi keselamatan kapal. Jika ia menyerah dan melepaskan pegangannya, seluruh isi kapal akan tenggelam. <br />
<br />
"Sobat kecil, bertahanlah... kami mendukungmu...!"<br />
<br />
Dukungan itu membuat baut kecil kembali menemukan arti penting dirinya di antara komponen kapal lainnya. Dengan sekuat tenaga, ia pun berusaha tetap bertahan demi keselamatan seisi kapal.<br />
<br />
(Sumber : Grup Spirit LC)<br />
~~~<br />
Sahabat, Sayang, dunia kerja seringkali berkebalikan dengan ilustrasi di atas. Kita malah cenderung girang melihat rekan sekerja “jatuh”, bahkan kita akan merasa bangga apabila kita sendiri yang membuat rekan kerja gagal dalam tanggung jawabnya. Jika itu dibiarkan, artinya perpecahan sedang dimulai dan tanpa sadar kita menggali lubang kubur sendiri.<br />
<br />
Bagaimana sikap kita dengan rekan kerja? Mungkin saat rekan kerja menghadapi masalah, kita menganggap itu risiko yang harus ia hadapi sendiri. Tapi sebagai tim, kegagalan satu orang akan selalu membawa dampak pada keseluruhan. Jadi mengapa kita harus saling menjatuhkan?<br />
Bukankah hasilnya tentu jauh lebih baik jika kita saling mendukung dan bekerjasama menghadapi persoalan? <br />
<br />
Nabi Muhammad saw mengajarkan bahwa kita adalah satu tubuh. Jika satu anggota mengalami masalah, yang lainnya harus mendorong dan menguatkannya. Jangan sampai masalah yang dialami rekan kerja malah membuat kita senang. Tapi baiklah kita berseru, “Berpeganglah erat-erat! Tanpa kamu, kami akan tenggelam!”<br />
<br />
Kegagalan atau kesuksesan rekan sekerja akan selalu mempengaruhi diri kita juga.<br />
Trimakasih sahabat telah membaca, Salam Motivasi...!</span><br />
<span class="fullpost">by: cerita-cerita motivasi </span>Vi3zahttp://www.blogger.com/profile/17729330991974343341noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5035275598592037033.post-18760950819446234332010-07-10T21:59:00.001+07:002010-07-10T22:32:36.566+07:00Cerita, "Tiga Orang Tamu"<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2vUP4t39g2aqlxLchLSxAfckgmxnobfJrDRcbBChnU4H4vso7X16nWHlUeTTKTzbBKOaYRE6z2eGmhAR_gb-GNSmLPt5HnycjqfmFUhNFNG4ascjr_rgY8hjJWr_Dw72sU2Isk_6NTKrj/s1600/key.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="175" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2vUP4t39g2aqlxLchLSxAfckgmxnobfJrDRcbBChnU4H4vso7X16nWHlUeTTKTzbBKOaYRE6z2eGmhAR_gb-GNSmLPt5HnycjqfmFUhNFNG4ascjr_rgY8hjJWr_Dw72sU2Isk_6NTKrj/s200/key.jpg" width="200" /></a>Suatu ketika, ada seorang wanita yang kembali pulang ke rumah dari perjalanannya keluar rumah, dan ia melihat ada 3 orang pria berjanggut yang duduk di halaman depan. Wanita itu tidak mengenal mereka semua.<br />
<br />
Wanita itu berkata dengan senyumnya yang khas: “Aku tidak mengenal Anda, tapi aku yakin Anda semua pasti orang baik-baik yang sedang lapar. Mari masuk ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk mengganjal perut”.<br />
<br />
Pria berjanggut itu lalu balik bertanya, <span class="fullpost">“Apakah suamimu sudah pulang?”<br />
Wanita itu menjawab, “Belum, dia sedang keluar”.<br />
“Oh kalau begitu, kami tak ingin masuk. Kami akan menunggu sampai suamimu kembali”, kata pria itu.<br />
<br />
Di waktu senja, saat keluarga itu berkumpul, sang isteri menceritakan semua kejadian tadi. Sang suami, awalnya bingung dengan kejadian ini, lalu ia berkata pada istrinya, “Sampaikan pada mereka, aku telah kembali, dan mereka semua boleh masuk untuk menikmati makan malam ini”.<br />
<br />
Wanita itu kemudian keluar dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam.<br />
<br />
“Maaf, kami semua tak bisa masuk bersama-sama” , kata pria itu hampir bersamaan.<br />
“Lho, kenapa? tanya wanita itu karena merasa heran.<br />
Salah seseorang pria itu berkata, “Nama dia Kekayaan,” katanya sambil menunjuk seorang pria berjanggut disebelahnya, “sedangkan yang ini bernama Kesuksesan, sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya.<br />
Sedangkan aku sendiri bernama Kasih-Sayang.<br />
Sekarang, coba tanya kepada suamimu, siapa diantara kami yang boleh masuk kerumahmu.”<br />
<br />
Wanita itu kembali masuk kedalam, dan memberitahu pesan pria di luar. Suaminya pun merasa heran. “Ohho…menyenangkan sekali. Baiklah, kalau begitu, coba kamu ajak si Kekayaan masuk ke dalam. Aku ingin rumah ini penuh dengan Kekayaan.”<br />
<br />
Istrinya tak setuju dengan pilihan itu. Ia bertanya, “Sayangku, kenapa kita tak mengundang si Kesuksesan saja? Sebab sepertinya kita perlu dia untuk membantu keberhasilan panen ladang pertanian kita.”<br />
<br />
Ternyata, anak mereka mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut mengusulkan siapa yang akan masuk ke dalam rumah. “Bukankah lebih baik jika kita mengajak si Kasih-sayang yang masuk ke dalam? Rumah kita ini akan nyaman dan penuh dengan kehangatan Kasih-sayang. ”<br />
<br />
Suami-istri itu setuju dengan pilihan buah hati mereka. “Baiklah, ajak masuk si Kasih-sayang ini ke dalam. Dan malam ini, Si Kasih-sayang menjadi teman santap malam kita.”<br />
<br />
Wanita itu kembali ke luar, dan bertanya kepada 3 pria itu. “Siapa diantara Anda yang bernama Kasih-sayang? Ayo, silahkan masuk, Anda menjadi tamu kita malam ini.”<br />
<br />
Si Kasih-sayang berdiri, dan berjalan menuju beranda rumah. Ohh.. ternyata, kedua pria berjanggut lainnya pun ikut serta. Karena merasa ganjil, wanita itu bertanya kepada si Kekayaan dan si Kesuksesan.<br />
<br />
“Aku hanya mengundang si Kasih-sayang yang masuk ke dalam, tapi kenapa kamu ikut juga?”<br />
<br />
Kedua pria yang ditanya itu menjawab bersamaan. “Kalau Anda mengundang si Kekayaan, atau si Kesuksesan, maka yang lainnya akan tinggal di luar. Namun, karena Anda mengundang si Kasih-sayang, maka, kemana pun Kasih sayang pergi, kami akan ikut selalu bersamanya. Dimana ada Kasih-sayang, maka kekayaan dan Kesuksesan juga akan ikut serta. Sebab, ketahuilah, sebenarnya kami berdua ini buta. Dan hanya si Kasih-sayang yang bisa melihat. Hanya dia yang bisa menunjukkan kita pada jalan kebaikan, kepada jalan yang lurus. Maka, kami butuh bimbingannya saat berjalan. Saat kami menjalani hidup ini.”<br />
<br />
(Author Unknown)<br />
~~~<br />
Sahabat, saya jadi teringat pernah membaca sebuah artikel (kalau tidak salah ingat di detik.com). Yakni ada sebuah penelitian, tentang seorang suami yang akan pergi bekerja, dan seorang anak yang akan berangkat ke sekolah dengan kecupan kasih sayang dari seorang istri/ibu sang anak, dibandingkan dengan para suami dan anak yang akan pergi tanpa kecupan (kasih sayang) dari istri/ ibu sang anak, terlihat berbeda. Prestasi suami dan anak yang mendapatkan kecupan lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak mendapatkan kecupan tersebut. Hmm... lalu bagaimana dengan pengalaman anda? Apakah anda merasakannya juga?<br />
<br />
Saya juga teringat ketika membaca bukunya M. Reza Syarif, yang berjudul ”Live is Beautiful”. Dia melakukan penelitian kepada para pengusaha-pengusaha sukses. Dan menakjubkan, ternyata mereka semua begitu dekat dengan ibu mereka. Ya, walaupun sepintas tidak ada hubungannya. Tapi jikalau kita telaah dengan seksama, doa dan kasih sayang Ibu lah yang menyemangatkan mereka. Dan saya meyakini, doa ibu kita sangatlah mujarab, dan saya Yakin Allah, kan mengabulkan doa-doa ibu kita yang tulus.<br />
<br />
Jadi, janganlah meremehkan yang namanya kasih sayang. Janganlah kita berdalih demi mencari rezeki, sehingga kita melupakan kasih sayang dengan keluarga. Dan jangan lupa, kasih sayang merupakan Karunia dan Anugerah-Nya yang sangat besar. Itu.....!<br />
<br />
Jadi, mari kita tebar kasih sayang khususnya keluarga kita. Dan lihatlah apa yang akan terjadi..... (ikut-ikut gaya Pak Mario Teguh.. ^_^)<br />
<br />
Salam Motivasi...!</span>Vi3zahttp://www.blogger.com/profile/17729330991974343341noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5035275598592037033.post-64365396292653415772010-07-06T18:32:00.001+07:002010-07-10T22:31:50.683+07:00Menggali Bukit<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2hE721pSlCLTQbMs9jcy8yfRZDHdpnOk-GRKmRNRhxAvvj3LnhgLni4UDkL4dutBCQkacRpZaTXUxswVmlMjHgtzL4xSHH-Yem_laX4Y8e9IxN0r9yRG2iza3J-6T4sEuRY3HrPz6x2IB/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="149" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2hE721pSlCLTQbMs9jcy8yfRZDHdpnOk-GRKmRNRhxAvvj3LnhgLni4UDkL4dutBCQkacRpZaTXUxswVmlMjHgtzL4xSHH-Yem_laX4Y8e9IxN0r9yRG2iza3J-6T4sEuRY3HrPz6x2IB/s200/images.jpg" width="200" /></a></div>Zaman dahulu ada 2 desa yang dipisahkan sebuah bukit...sehingga desa yg satu gemah-ripah-lohjinawi atau bahasa sederhananya "SUBUR-MAKMUR dan hidup SEJAHTERA"...sedangkan desa yang satu lagi sangat TANDUS dan mereka hidup KEKURANGAN...sehingga beberapa pindah dari desa ini.<br />
<br />
WAktu terus berlalu tanpa adanya perubahan....<span class="fullpost">sampai akhirnya ada seorang ayah sebut saja UMAR yang ingin mewujudkan IMPIANNYA...ingin merubah nasibnya selama ini...dan itu disampaikan kepada ke-3 anak laki2nya, "Wahai anak2ku..mulai besok ayah akan menggali bukit itu agar kondisi desa kita bisa berubah.." Tapi ke-3 anaknya menganggap itu HAL YANG MUSTAHIL DILAKUKAN..bahkan menganggap ayah mereka sudah GILA....<br />
<br />
Keesokan harinya UMAR benar-benar melaksanakan niatnya...setelah sholat SUBUH beliau pergi ke bukit dengan membawa cangkul untuk menggali bukit...penduduk desapun menganggap UMAR sudah gila...dan ke-3 anaknya juga berusaha menasehati ayahnya..namun UMAR tidak mau merubah pendiriannya...beliau sangat yakin bisa mewujudkan IMPIANNYA..hari berganti hari..pekan berganti pekan..lama-lama ke-3 anaknya mulai berpikir ulang...”JANGAN-JANGAN AYAH BENAR”...akhirnya ke-3nyapun sepakat membantu ayah mereka...sehingga setiap pagi satu keluarga ini mengalokasikan sebagian waktunya untuk menggali bukit...dan penduduk desapun makin yakin satu keluarga itu sudah GILA SEMUA.<br />
<br />
Tanpa terasa waktu terus berlalu...sampai akhirnya satu demi satu penduduk desa mulai membantu apa yang dilakukan oleh keluarga UMAR sampai suatu waktu IMPIAN MEREKA BENAR-BENAR TERWUJUD...sekarang nasib penduduk desa sudah berubah TOTAL yg semula serba kekurangan sekarang SUBUR, MAKMUR, dan SEJAHTERA.<br />
<br />
(Author Unknown) mengutip catatan teman...<br />
~~~<br />
Sahabat sekalian..., Sebagian dari kita barangkali takut untuk bermimpi karena menganggap bahwa impiannya terlalu BESAR...dan mustahil meraihnya...bagai punguk merindukan bulan...<br />
<br />
padahal kita sadar untuk BERMIMPI BESAR ITU BENAR-BENAR GRATISSS...<br />
<br />
Mungkin anda ingat ketika di dunia ini belum ada produk air putih dalam kemasan. Mereka menganggap ide BODOH dan GILA menjual air putih. Apalagi di Indonesia, yang begitu berlimpahnya air bersih. Saat itu, air putih tidak ada harganya, anda bisa memintanya di warung tanpa membayar.<br />
<br />
Tapi sungguh luar biasa, perusahaan pelopor air mineral, melihat peluang itu, dan mengubah mindset masyarakat, bahwa air putih pun harus beli. ya, konsumen harus membeli satu botol air putih lebih mahal daripada harga bensin saat itu. LUAR BIASA...<br />
<br />
Hmm..., saya yakin itu semua berawal dari impian, bukan sekedar impian kecil... tapi sebuah IMPIAN BESAR...!</span>Vi3zahttp://www.blogger.com/profile/17729330991974343341noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5035275598592037033.post-56329316672244726542010-07-02T09:32:00.001+07:002010-07-10T22:30:26.564+07:00Ternyata, Hidup Ini SederhanaAda seseorang saat melamar kerja, memungut sampah kertas di lantai ke dalam tong sampah,dan hal itu terlihat oleh peng-interview, dan dia mendapatkan pekerjaan tersebut.Ternyata untuk memperoleh penghargaan sangat mudah, cukup memelihara kebiasaan yang baik.<br />
<br />
—- 000 —–<br />
<br />
Ada seorang anak menjadi murid di toko sepeda.<span class="fullpost">Suatu saat ada seseorang yang mengantarkan sepeda rusak untuk diperbaiki di toko tsb.Selain memperbaiki sepeda tersebut, si anak ini juga membersihkan sepeda hingga bersih mengkilap.Murid-murid lain menertawakan perbuatannya.Keesokan hari setelah sang empunya sepeda mengambil sepedanya, si adik kecil ditarik/diambil kerja di tempatnya.Ternyata untuk menjadi orang yang berhasil sangat mudah, cukup punya inisiatif sedikit saja.<br />
<br />
—- 000 —–<br />
<br />
Seorang anak berkata kepada ibunya: “Ibu hari ini sangat cantik.”Ibu menjawab: “Mengapa?”Anak menjawab: “Karena hari ini ibu sama sekali tidak marah-marah. ”Ternyata untuk memiliki kecantikan sangatlah mudah, hanya perlu tidak marah-marah.<br />
<br />
—- 000 —–<br />
<br />
Seorang petani menyuruh anaknya setiap hari bekerja giat di sawah.Temannya berkata: “Tidak perlu menyuruh anakmu bekerja keras, Tanamanmu tetap akan tumbuh dengan subur.”Petani menjawab: “Aku bukan sedang memupuk tanamanku, tapi aku sedang membina anakku.”Ternyata membina seorang anak sangat mudah, cukup membiarkan dia rajin bekerja.<br />
<br />
—- 000 —–<br />
<br />
Seorang pelatih bola berkata kepada muridnya:“Jika sebuah bola jatuh ke dalam rerumputan, bagaimana cara mencarinya?”Ada yang menjawab: “Cari mulai dari bagian tengah.”Ada pula yang menjawab: “Cari di rerumputan yang cekung ke dalam.”Dan ada yang menjawab: “Cari di rumput yang paling tinggi.”Pelatih memberikan jawaban yang paling tepat:“Setapak demi setapak cari dari ujung rumput sebelah sini hingga ke rumput sebelah sana.”Ternyata jalan menuju keberhasilan sangat gampang, cukup melakukan segala sesuatunyasetahap demi setahap secara berurutan, jangan meloncat-loncat.<br />
<br />
—- 000 —–<br />
<br />
Katak yang tinggal di sawah berkata kepada katak yang tinggal di pinggir jalan:“Tempatmu terlalu berbahaya, tinggallah denganku.”Katak di pinggir jalan menjawab: “Aku sudah terbiasa, malas untuk pindah.”Beberapa hari kemudian katak “sawah” menjenguk katak “pinggir jalan”dan menemukan bahwa si katak sudah mati dilindas mobil yang lewat.Ternyata sangat mudah menggenggam nasib kita sendiri, cukup hindari kemalasan saja.<br />
<br />
—- 000 —–<br />
<br />
Ada segerombolan orang yang berjalan di padang pasir,semua berjalan dengan berat, sangat menderita,hanya satu orang yang berjalan dengan gembira.Ada yang bertanya: “Mengapa engkau begitu santai?”Dia menjawab sambil tertawa: “Karena barang bawaan saya sedikit.”Ternyata sangat mudah untuk memperoleh kegembiraan, cukup tidak serakah dan memilikisecukupnya saja."You are what you think about. Beware of your mind"<br />
<br />
—- 000 —–<br />
<br />
SALAM MOTIVASI.....!!!</span>Vi3zahttp://www.blogger.com/profile/17729330991974343341noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5035275598592037033.post-74865672598701254512010-06-29T21:43:00.003+07:002010-07-10T22:28:00.985+07:00Cermin KesuksesanDikisahkan, ada seorang pria yang sedang mengalami masalah bertubi-tubi. Rumah tangganya tidak harmonis. Bersamaan dengan itu, dia pun terkena perampingan karyawan di perusahaannya sehingga dia harus berhenti bekerja.<br />
<br />
Pada waktu yang senggang, dia berpikir dan mengevaluasi diri. Apa yang salah dengan hidupku? Mengapa aku gagal terus? Bagaimana caranya untuk merubah kegagalan dengan kesuksesan?<br />
<br />
Dimulailah pencarian jawaban atas pertanyaannya dengan pergi <span class="fullpost"><br />
ke toko buku dan membeli buku-buku yang dianggapnya mampu memberi jawaban. Setelah beberapa buku habis di baca, dia merasa tidak puas dan tidak pula menemukan jawabannya. Tiba-tiba timbul inspirasi di pikirannya, kenapa aku tidak menanyakan langsung saja ke penulis buku-buku itu? Pasti akan lebih berhasil bila aku bisa mendapatkan petunjuk langsung dari si penulis. Maka ditemuilah si penulis buku.<br />
<br />
Setelah menceritakan semua kegagalan yang dialaminya, dia berkata, “Tuan penulis, tolong ajarkan kepada saya, rumus dan cara yang bisa membuat saya sukses”.<br />
<br />
Si penulis pun menjawab, “Kalau anda membaca buku saya dengan teliti, dan menjalankan dengan nyata , tentu akan ditemukan cara-cara menuju sukses”<br />
<br />
”Saya sudah membaca habis, bahkan hafal isi buku anda, tetapi tetap saja belum menemukan rumus sukses. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk bertanya langsung”.<br />
<br />
Si penulis berpikir sejenak dan berkata, “Baiklah, saya akan ketemukan kamu dengan seseorang. Biar dia yang memberitahu kamu bagaimana cara sukses dalam hidup ini”.<br />
<br />
Dengan gembira si pria bertanya, “Dimana orang itu bisa saya temui?”<br />
<br />
Si penulis mengajak pria itu ke sebuah kamar, “Dia ada di dalam kamar ini”.<br />
<br />
Maka Pria itu pun mengetuk pintu dan segera masuk ke dalam kamar. Namun dia heran karena tidak ada seorangpun di dalam kamar tsb, yang ada hanya sebuah cermin besar.<br />
<br />
Lalu si Penulis berkata, “Lihatlah ke cermin itu. Orang yang ada di cermin itu adalah sang penolong yang kamu cari untuk menunjukkan bagaimana caranya meraih sukses.<br />
<br />
Sesungguhnya hanya kamu yang bisa menolong dirimu sendiri, tanpa kamu berani memulai dari dirimu sendiri untuk berusaha dan berjuang maka kamu tidak akan meraih sukses!”<br />
<br />
Seketika itu juga si pemuda tersadar, “Terima kasih pak penulis. Saya akan berusaha lebih tekun dan mengandalkan diri sendiri untuk mempraktekkan teori yang telah saya dapat dan pelajari!<br />
<br />
(Sumber : kaskus.us)<br />
<br />
~~~<br />
<br />
Sahabat, Hidup adalah rangkaian aktivitas yang kita lakukan setiap hari, kalau perasaan malas, tidak disiplin, bimbang, ragu2 dan lain sebagainya menguasai diri kita , tentu nasib buruklah yang kita dapat.<br />
<br />
Sukses bukanlah teori, sebagai manusia yang telah di karuniai segenap kelebihan-kelebihan olah Tuhan, kita harus berani mengembangkan diri dan mengandalkan diri sendiri untuk berpikir, bergerak dan berjuang.<br />
<br />
Kalau mental kemandirian telah kita miliki, dan tidak cengeng dalam menghadapi kesulitan hidup, berani belajar dalam setiap tindakan yang kita ambil . maka pasti nasib kita akan berubah dan meraih sukses yang membanggakan!<br />
<br />
Terimakasih telah membaca, dan... SALAM MOTIVASI....!</span>Vi3zahttp://www.blogger.com/profile/17729330991974343341noreply@blogger.com0